JAKARTA, KOMPAS.com - Elang Bondol dan Salak Condet adalah dua spesies endemik yang dinobatkan sebagai maskot Ibu Kota Jakarta lebih dari tiga dekade silam oleh Gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin.
Kala itu, Elang Bondol dan Salak Condet terancam keberadaannya sehingga perlu langkah pelestarian dan perlindungan yang serius agar kedua spesies itu tetap ada.
Meski demikian, hingga saat ini, keberadaan Elang Bondol dan Salak Condet semakin tergerus zaman.
Baca juga: Nasib Salak Condet Kini, Maskot Jakarta yang Kian Langka Tergeser Zaman...
Budayawan Betawi, Yoyo Muchtar, mengaku bahwa Salak Condet semakin langka di pasaran dan kalah bersaing dengan spesies salak lain dari beberapa daerah di Pulau Jawa.
Pohon-pohon Salak Condet memang semakin susah ditemui saat ini. Padahal, pada tahun 1940-1950 dulu, tanaman Salak Condet tersebar luas di bantaran Sungai Ciliwung.
"Sepanjang kali itu dulunya tanaman Salak Condet (banyak) dan terpelihara karena manusianya belum banyak," ujar Yoyo saat dihubungi Kompas.com, Kamis (21/9/2023).
Namun, seiring bertambah banyaknya penduduk di Jakarta dan disertai dengan perubahan pola pikir masyarakat Betawi, maka lahan untuk bercocok tanam Salak Condet kian tergeser dinding-dinding beton.
Kini, Salak Condet dapat ditemukan di pusat budidaya Cagar Buah Condet di Kelurahan Balekambang, Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Di sana, lahan seluas 3,5 hektar dipenuhi oleh ratusan pohon Salak Condet.
Baca juga: Istimewanya Maskot DKI Salak Condet, Beda Pohon, Beda Rasa
Dalam surat keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 1796 tahun 1989 dikatakan bahwa Elang Bondol merupakan salah satu jenis burung yang hidup di DKI Jakarta.
Elang Bondol termasuk jenis satwa langka yang penyebarannya di DKI Jakarta terbatas di Kabupaten Kepulauan Seribu.
Elang bondol yang memiliki nama latin Haliastur indus ini masuk ke dalam spesies burung pemangsa yang memakan ikan, ular, serangga, dan katak.
Sebagaimana dilansir Brahminy Kite (2001), elang bondol yang berasal dari famili Acciptridae ini umumnya memiliki ukuran 40 - 50 cm.
Ia memiliki sayap yang lebar dengan ekor yang cenderung lebih pendek daripada elang biasa. Bagian kepala, leher dan dada berwarna putih, sedangkan bagian tubuh lainnya berwarna cokelat kemerah-merahan.
Berdasarkan catatan Universitas Nasional pada 2021, populasi Elang Bondol hanya tersisa sekitar 32 ekor di wilayah Kepulauan Seribu.
Sejumlah upaya konservasi dilakukan bersama-sama oleh Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Pertamina, dan Pemerintah di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu.
(Penulis: Wasti Samaria Simangunsong, Tari Oktaviani / Editor: Ihsanuddin, Nibras Nada Nailufar)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.