JAKARTA, KOMPAS.com - Harga beras di sejumlah wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mengalami kenaikan beberapa waktu terakhir ini.
Hal ini membuat pedagang warung Tegal (warteg) harus putar otak menjual makanannya kepada pelanggan. Mereka dilema karena jika mengambil keputusan yang salah bisa kehilangan pembeli.
Berdasarkan data Informasi Pangan Jakarta, harga beras dengan kualitas medium terus naik sejak pertengahan September lalu.
Baca juga: Pedagang di Pasar Rawa Budak Pesimistis Harga Beras Tidak Kembali ke Semula
Kini harga beras tersebut rata-rata sudah mencapai Rp 12.526 per kilogram (kg). Padahal, pada Agustus lalu harga beras medium pernah Rp10.703 per kg.
Dalam situasi ini, Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan, pedagang pun mau tak mau menyesuaikan harga per porsi untuk menyiasati kenaikan harga beras.
"Warteg mungkin perlu menyesuaikan harga menu mereka untuk mencerminkan kenaikan harga beras," ucap Mukroni kepada Kompa.com, Rabu (11/10/2023).
"Ini bisa berarti menaikkan harga makanan yang menggunakan beras sebagai bahan utama," tutur Mukroni melanjutkan.
Baca juga: Harga Beras Melonjak, Pedagang Warteg Bakal Kurangi Porsi Nasi ke Pelanggan
Untuk itu, Mukroni berujar, pedagang warteg mau tak mau juga harus berkomunikasi dengan pelanggan tentang perubahan harga dan pilihan menu yang tersedia.
Selain naikkan harga, pedagang warteg terpaksa mengurangi porsi makanan ke pelanggan.
"Untuk tetap menjaga daya saing harga, warteg mungkin akan mengurangi porsi atau jumlah bahan beras yang digunakan dalam hidangan mereka," kata Mukroni.
Di sisi lain, Mukroni berujar, pedagang warteg juga berupaya mencari sumber beras dengan harga yang lebih terjangkau.
"Beberapa warteg bisa mencari sumber beras yang lebih terjangkau atau berkolaborasi dengan pemasok untuk mendapatkan harga yang lebih baik," ucap dia.
Baca juga: Pedagang di Pasar Rawa Badak Sebut Beras yang Harganya Melonjak Berkualitas Rendah
Dalam hal ini, pedagang bisa berkolaborasi dengan pemasok lokal. Menurut dia, hubungan yang baik dengan pemasok lokal bisa membantu mendapatkan beras dengan harga yang lebih baik.
Menurut Mukroni, pedagang juga berupaya menggunakan beras yang lebih efisien dalam setiap hidangan. Tujuannya, kata dia, agar mereka bisa membantu mengurangi dampak kenaikan harga.
"Misalnya, mengukur porsi beras dengan lebih teliti dan meminimalkan pemborosan," kata Mukroni.