BEKASI, KOMPAS.com - Penumpang kereta rel listrik (KRL) mengeluhkan matinya fasilitas eskalator dan lift di Stasiun Bekasi yang belum juga selesai diperbaiki.
Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas 1 Jakarta Nur Setiawan Sidik menjelaskan, perbaikan eskalator saat ini memang masih dalam proses.
"Perbaikan eskalator di Stasiun Bekasi sedang diupayakan anggarannya dan berproses," kata Nur Setiawan saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (19/10/2023).
Nur Setiawan menuturkan, perbaikan eskalator ini juga terhambat karena ada onderdil yang belum tersedia di Indonesia.
Baca juga: Ragam Keluhan Penumpang KRL Berkait Eskalator dan Lift Mati di Stasiun Bekasi...
Perlu waktu mendatangkan onderdil dari luar negeri untuk memperbaiki eskalator tersebut.
"Barang untuk perbaikan kerusakan atau penggantian material impor yang perlu didatangkan dari mancanegara," tuturnya.
Di samping soal onderdil, pergantian kontraktor juga menjadi salah satu kendala dalam perbaikan.
"Kendala lainnya pergantian kontraktor. Sejauh ini perbaikan oleh kontraktor pelaksana tapi hasilnya belum seperti yang diharapkan," imbuhnya.
Belum diketahui kapan perbaikan akan selesai. Namun, BTP Kelas I Jakarta akan terus mengupayakan agar fasilitas tersebut dapat digunakan kembali.
Baca juga: Eskalator dan Lift Stasiun Bekasi Mati, Lansia Turun Tangga Perlahan karena Pengapuran
Sebelumnya diberitakan, tak beroperasinya eskalator dan lift, terutama di pintu selatan, membuat pengguna KRL merasa kelelahan karena harus turun menggunakan tangga manual.
Keluhan datang bukan dari anak-anak muda, melainkan para ibu-ibu membawa anak dan lansia yang masuk dalam penumpang prioritas.
Seorang ibu muda bernama Eva (28) susah payah menuruni tangga manual sambil menggendong anak keduanya yang tertidur dan menuntun anak pertamanya yang berusia 5 tahun.
"Bawa anak ini, dua, yang ini (tertidur) tiga tahun, yang satu lima tahun. Ngos-ngosan ya rasanya, mesti nuntun juga kan, capek juga," tutur dia saat ditemui di lokasi.
Hal yang paling disayangkan menurut Eva selain eskalator mati yakni fasilitas lift keluar juga tidak berfungsi. Karena itu, ia tidak punya pilihan selain melalui tangga manual.
Seorang lansia bernama Zurini (58) melanggar pantangan penyakit pengapuran yang tidak disarankan naik-turun tangga karena tidak punya pilihan lain.
"Saya harus pelan-pelan memegang pegangan itu karena turun tangga juga harus hati-hati jangan sampai jatuh. Memang pantangan penyakit pengapuran ini tidak boleh naik turun tangga," imbuhnya.
Harapan Zurini sebagai pengguna, pengelola dapat membenai fasilitas tersebut secepatnya.
"Jadi saya minta segera diperbaiki karena ini kan salah satu merupakan pelayanan juga ya yang harus direspons untuk lebih baik ke depannya," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.