BEKASI, KOMPAS.com - Fasilitas eskalator dan lift di pintu keluar Stasiun Bekasi tidak bisa digunakan sementara waktu karena sedang dalam perbaikan.
Kompas.com lantas memantau bagaimana para pengguna kereta rel listrik (KRL) turun melalui tangga manual yang memiliki 49 pijakan anak tangga di sisi selatan Jalan Ir H Juanda.
Tak beroperasinya eskalator dan lift, terutama di pintu selatan, membuat pengguna KRL merasa kelelahan karena harus turun menggunakan tangga manual.
Keluhan datang bukan dari anak-anak muda, melainkan para ibu-ibu membawa anak dan lansia yang masuk dalam penumpang prioritas.
Baca juga: Eskalator dan Lift Stasiun Bekasi Mati, Lansia Turun Tangga Perlahan karena Pengapuran
Seorang ibu muda bernama Eva (28) susah payah menuruni tangga manual sambil menggendong anak keduanya yang tertidur dan menuntun anak pertamanya yang berusia 5 tahun.
"Bawa anak ini, dua, yang ini (tertidur) tiga tahun, yang satu lima tahun. Ngos-ngosan ya rasanya, mesti nuntun juga kan, capek juga," tutur dia saat ditemui di lokasi.
Hal yang paling disayangkan menurut Eva selain eskalator mati yakni fasilitas lift keluar juga tidak berfungsi. Karena itu, ia tidak punya pilihan selain melalui tangga manual.
Baca juga: Ketika Ibu dan Anak Dibuat Repot dan Lelah Gara-gara Eskalator Mati di Stasiun Bekasi
Eva mengatakan, sekitar sebulan yang lalu, lift dan eskalator tersebut masih bisa digunakan. Namun, kini ditutup karena adanya perbaikan.
"Eskalator sama lift-nya beberapa bulan lalu itu masih bisa digunakan, nah sekarang eskalator enggak bisa, lift enggak bisa, bawa-bawa anak ini agak susah. Tadi lift enggak berfungsi dari atas," jelasnya.
Eva menuturkan, kondisi eskalator dan lift mati sudah terjadi sejak terakhir kali dia ke Stasiun Bekasi dua minggu lalu.
"Beberapa minggu lalu ke sini juga, dan sampai sekarang belum diperbaiki, belum berfungsi. Jadi agak merepotkan, belum ada perkembangan," sesalnya.
Baca juga: Cerita Penumpang KRL Gotong Koper Turun Tangga Akibat Lift dan Eskalator Stasiun Bekasi Rusak
Hal senada juga disampaikan Sabila (26). Ia juga menggendong anaknya yang tertidur, berusia 3 tahun.
Sebelum turun ke lantai dasar, Sabila berhenti sejenak di lantai 1. Dia melihat betapa tingginya tangga manual yang harus dilewatinya.
"Ini makanya ngecas dulu (berhenti sejenak) biar enggak capek. Tadi naik lift mau keluar itu (dari peron) bejubel kan ada orangtua juga. Jadi berhenti di sini bernapas sejenak," ujar Sabila.
Baik Sabila maupun Eva berharap adanya tindakan dari pengelola agar pengguna seperti mereka merasa nyaman saat menggunakan jasa transportasi KRL.