Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Roda LRT Jabodebek Cepat Aus, Kecepatan Kereta Diturunkan 50 Persen dan Waktu Tempuh Lebih Lama

Kompas.com - 26/10/2023, 19:32 WIB
Abdul Haris Maulana

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Manajer Humas LRT Jabodebek Kuswardojo menyatakan bahwa roda kereta LRT Jabodebek cepat aus.

Hal itu membuat pihak manajemen LRT Jabodebek memesan ribuan roda kereta LRT yang baru.

"Setelah beroperasi kurang lebih selama dua bulan, kami baru tahu bahwa tingkat keausan roda LRT ternyata cukup tinggi. Makanya kami memesan 1.000 roda baru ke PT INKA selaku produsen," ungkap Kuswardojo kepada wartawan di wilayah Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).

Menurunkan kecepatan kereta

Baca juga: Roda LRT Jabodebek Cepat Aus, Kecepatan Kereta Diturunkan 50 Persen

Imbas roda LRT cepat aus, manajemen LRT Jabodebek memutuskan untuk menurunkan kecepatan laju kereta.

Hal itu mau tak mau dilakukan agar gaya gesek antara roda dan rel kereta bisa berkurang sehingga kepingan roda LRT tak cepat aus.

"Saat ini, kami menerapkan pembatasan kecepatan di seluruh train set atau rangkaian kereta. Pengurangan kecepatan di tiap rangkaian kereta mencapai 50 persen," kata Kuswardojo.

Kendati demikian, Kuswardojo menyebut pembatasan kecepatan LRT Jabodebek hanya dilakukan di beberapa titik yang sudah ditentukan.

Setidaknya ada lima titik yang sudah ditetapkan untuk menurunkan kecepatan kereta LRT Jabodebek.

Antara lain di rel Stasiun Kampung Rambutan-TMII, Stasiun TMII-Cawang, Stasiun Dukuh Atas-Setiabudi, Stasiun Kuningan-Pancoran, dan Stasiun Halim-Cawang.

Baca juga: Roda Kereta Cepat Aus, LRT Jabodebek Pesan 1.000 Roda Baru ke PT INKA

"Selain mengurangi kecepatan, kami juga membuat semacam alat spray yang bisa menembakkan oli secara otomatis. Hal ini diharapkan bisa mengurangi gesekan supaya roda tak cepat aus," jelasnya.

Waktu tempuh jadi lebih lama

Akibat kecepatan kereta perlu diturunkan di sejumlah titik, hal itu berdampak waktu tempuh kereta LRT menjadi lebih lama.

Oleh sebab itu, waktu perjalanan kereta LRT Jabodebek tidak lagi sama seperti sebelumnya dalam beberapa waktu ke depan.

"Misal di titik ini tadinya kecepatannya bisa 80 km per jam, kini kami batasi jadi 40 km per jam. Titik-titik itu kami berikan batasan kecepatan dengan harapan mengurangi kehausan," ungkap Kus.

"Dengan adanya pembatasan kecepatan, otomatis kedatangan kereta ke stasiun akan lebih lama. Katakan dari titik A ke B biasanya hanya 2 menit, karena dibatasi waktu tempuhnya bisa menjadi 4 menit. Jadi headway makin lama," sambung dia.

Baca juga: Dua Bulan Beroperasi, Manajemen Baru Tahu Kepingan Roda LRT Jabodebek Cepat Aus

Adapun manajemen LRT Jabodebek baru mengetahui kepingan roda kereta LRT cepat aus setelah moda transportasi anyar itu sudah beroperasi dua bulan.

Kuswardojo mengaku pihaknya baru soal roda kereta cepat aus setelah melakukan evaluasi internal.

"Betul, kami baru mengetahui bahwa tingkat keausan roda LRT ternyata cukup tinggi," ujar Kus.

"Sebelumnya kami belum mengetahui perihal tingkat keausan roda karena seluruh sarana merupakan tanggung jawab produsen. Jadi, kami benar-benar baru tahu saat kami yang mengoperasikannya," tuturnya.

(Tim Redaksi: Dzaky Nurcahyo, Jessi Carina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemkot Depok Janji Usut Tuntas Insiden Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana di Subang

Pemkot Depok Janji Usut Tuntas Insiden Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana di Subang

Megapolitan
Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Megapolitan
Dishub DKI Bentuk Tim Gabungan untuk Tertibkan Parkir Liar

Dishub DKI Bentuk Tim Gabungan untuk Tertibkan Parkir Liar

Megapolitan
Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Megapolitan
Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Megapolitan
Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator 'Busway'

Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator "Busway"

Megapolitan
Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Megapolitan
Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Megapolitan
Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Megapolitan
KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Megapolitan
Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Pengoplos Elpiji 3 Kg di Bogor Raup Untung hingga Rp 5 Juta Per Hari

Megapolitan
Ada Plang 'Parkir Gratis', Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Ada Plang "Parkir Gratis", Jukir Liar Masih Beroperasi di Minimarket Palmerah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com