Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Kematian Hamka dan Bayinya yang Membusuk di Koja, Keracunan atau Sakit?

Kompas.com - 01/11/2023, 06:31 WIB
Baharudin Al Farisi,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Utara masih menelusuri penyebab kematian Hamka (50) dan anak bungsunya, AQ (10 bulan), di rumah mereka, Jalan Balai Rakyat V, RT 006 RW 03, Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara.

Sejauh ini, berdasarkan hasil otopsi, Hamka sudah meninggal dunia selama 10 hari sebelum ditemukan membusuk. Sementara itu, AQ sudah meninggal dunia selama tiga hari.

Adapun jasad ayah dan anak itu ditemukan pada Sabtu (28/10/2023) setelah warga mencium bau busuk di dalam rumah korban.

Baca juga: Hamka Disebut Terlihat Lemas Sebelum Dia dan Bayinya Ditemukan Tewas Membusuk

Pada saat bersamaan, istri Hamka, NP (30), bersama anak sulungnya, AD (3), juga ditemukan di dalam rumah tersebut dengan kondisi lemas.

Pihak kepolisian belum bisa memeriksa istri Hamka karena kondisinya masih sangat memprihatinkan.

Padahal, NP disebut sebagai satu-satunya saksi kunci untuk mengungkap penyebab kematian Hamka dan AQ.

Olah TKP lanjutan

Pada Selasa (31/10/2023), tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification (Inafis) Satuan Reskrim Polres Metro Jakarta Utara kembali melanjutkan olah tempat kejadian perkara (TKP) di rumah Hamka.

Olah TKP kembali dilaksanakan demi mengungkap tabir misteri kematian Hamka dan AQ.

Baca juga: Jasad Hamka dan AQ Sudah Dievakuasi sejak Sabtu, tapi Bau Busuk Masih Tercium

Dalam olah TKP kemarin, tim Inafis melibatkan ahli histopatologi forensik, ahli patologi forensik, dan ahli psikologi forensik.

"Semua ahli ini kami libatkan dalam penanganan TKP secara terpadu agar kami maksimal dalam pengumpulan bukti-bukti," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Iverson Manossoh.

Selidiki kemungkinan keracunan dan sakit

Pantauan Kompas.com, tim Inafis mengamankan sejumlah barang bukti yang dikelompokkan dan dianggap penting untuk diteliti para ahli.

"Barang bukti yang kami anggap penting untuk dilakukan pemeriksaan oleh ahli histopatologi forensik, ada (atau) tidak kemungkinan penyakit, korban mengalami suatu penyakit," ungkap Iverson.

Baca juga: Polisi Telusuri Kemungkinan Hamka dan Bayinya Tewas karena Keracunan

Selain menelusuri hal tersebut, tim Inafis juga menyelidiki kemungkinan kedua korban mengalami keracunan.

"Ahli toksikologi forensik juga kami pandang perlu guna mengidentifikasi ada (atau) tidaknya unsur-unsur keracunan, obat-obat keras, yang berhubungan dengan kematian almarhum," ujar Iverson.

"Kemudian, kami juga melibatkan Apsifor atau Asosiasi Psikologi Forensik dari UI untuk melakukan pemeriksaan atau identifikasi secara psikologi forensik, (yakni) otopsi forensik, kemudian observasi TKP, dan analisis psikologi terhadap subyek," lanjut dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Megapolitan
Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Megapolitan
Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Megapolitan
FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Megapolitan
Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com