JAKARTA, KOMPAS.com - Sandy Sanjaya (32), pengguna layanan Lintas Rel Terpadu (LRT) Jabodebek berharap manajemen LRT Jabodebek melakukan penyesuaian tarif imbas waktu tunggu kedatangan atau headway kereta yang jadi lebih lama.
Seperti diketahui, headway LRT Jabodebek jadi lebih lama karena 18 dari 27 rangkaian kereta atau trainset yang tersedia harus masuk bengkel akibat rodanya mengalami keausan.
Sandy mengatakan, tarif maksimal LRT Jabodebek saat ini begitu mahal mengingat layanannya sedang tidak optimal.
"Tarif (maksimal) Rp 20.000 itu terlalu mahal. Perlu penyesuaian lagi karena ini juga kayaknya belum sepenuhnya beres (sempurna)," jelas Sandy ketika ditemui di Stasiun Jatimulya, Rabu (1/11/2023).
Baca juga: Headway Jadi Lebih Lama, Pengguna LRT: Waktu Perjalanan Sama Kayak Kena Macet
Sandy mengungkapkan, headway lebih lama ditambah kecepatan kereta yang diturunkan merugikan penumpang yang berharap bisa lebih cepat sampai ke tempat tujuan.
Akibat headway yang lebih lama, itu membuat waktu tempuh perjalanan menggunakan LRT Jabodebek seperti tidak ada bedanya dengan kendaraan yang macet-macetan di jalan.
"Sama saja (seperti kena macet). Waktu nunggunya lama, ditambah waktu perjalanannya juga lama, jadi sama saja," kata Sandy.
Sebelumnya, pengamat transportasi publik Djoko Setijowarno menganjurkan LRT Jabodebek kembali memperpanjang masa uji cobanya dan kembali menerapkan tarif murah akibat banyaknya rangkaian kereta yang masuk bengkel sehingga membuat pelayanan moda transportasi itu tak lagi optimal.
"Ya memang LRT itu dulu masa tesnya masih kurang. Jadi kalau berkaca pada MRT itu setahun lah masa tesnya, statis dan dinamis itu setahun," kata Djoko saat dihubungi Kompas.com, Kamis (26/10/2023).
Baca juga: Pengamat Sarankan LRT Jabodebek Terapkan Tarif Murah Sampai Layanan Normal
Jika masa uji coba diperpanjang sembari membenahi segala kekurangan pada kereta, pemerintah bisa kembali menerapkan tarif murah.
"Kalau kemarin kan begitu singkat. Artinya, anggap aja sekarang ini masa tes saja. Oleh sebab itu selama masa tes ini mungkin tarifnya enggak usah ideal-ideal. Bayar, tapi mungkin dikurangi lah tarifnya gitu," kata dia lagi.
Misalnya saja, selama masa uji coba diperpanjang, pemerintah bisa memberikan tarif subsidi atau potongan 50 persen.
Tarif murah itu bisa diberlakukan sampai LRT benar-benar siap beroperasi secara teknis dengan dukungan sarana memadai.
"Iya anggap aja ini masih masa uji coba, orang boleh naik tapi tarifnya tarif subsidi, atau cuma 50 persen saja, gitu," ujar Djoko.
Diberitakan sebelumnya, waktu tunggu (headway) penumpang di Stasiun LRT Jabodebek kini lebih lama dari biasanya.
Baca juga: Kemenhub Dorong Operator LRT Jabodebek Optimalkan Layanan Meski Hanya Operasikan 8 Train Set
Hal ini terjadi karena ada 18 train set atau rangkaian kereta api LRT Jabodebek masuk bengkel bubut karena roda kereta mulai aus. Ratusan perjalanan LRT Jabodebek juga akhirnya dibatalkan.
"Dengan sembilan train set yang beroperasi, headway-nya atau waktu tunggunya antara 30-40 menit di semua stasiun. Waktu tunggu menjadi lama karena banyak perjalanan yang kami batalkan," tutur Manajer Humas LRT Jabodebek Kuswardojodi di daerah Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023) lalu.
Kus menyebutkan, perbaikan rangkaian kereta di bengkel bubut tak bisa dipercepat untuk saat ini. Sebab, pihak LRT Jabodebek hanya memiliki satu mesin bubut.
Sementara itu, pengerjaan satu rangkaian kereta membutuhkan waktu satu pekan.
"Pembubutan roda train set setidaknya butuh waktu tujuh hari. Jadi, train set kami yang mau masuk bengkel semakin lama menumpuk karena hanya ada satu alat," tutur dia.
Kus mengungkapkan, pihaknya sudah bersurat ke Kementerian Perhubungan perihal ini.Mereka meminta Kementerian supaya LRT Jabodebek memiliki dua mesin bubut sehingga pengerjaan belasan train set lebih cepat.
"Idealnya kami punya dua mesin bubut. Sebab, banyak rangkaian kereta yang cepat aus," imbuh dia.
(Tim Redaksi: Joy Andre, Wasti Samaria Simangunsong, Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Ihsanuddin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.