Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Alfin Tofler, Wartawan yang Beralih Jadi Fotografer Lanskap

Kompas.com - 03/11/2023, 20:53 WIB
Xena Olivia,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Alfin Tofler (35) tampak menyapa beberapa pegiat fotografi yang datang ke gelaran Doss Vaganza di Mal Grand Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (2/11/2023).

Maklum, dia akan menjadi pembicara workshop yang diagendakan dalam Doss Vaganza, sebuah eksebisi untuk para fotografer dan videografer memamerkan bakat mereka dari 2-5 November 2023.

Di sela-sela kegiatannya siang itu, Alfin menyempatkan diri menyapa Kompas.com. Kami mulai berbincang mengenai perjalanan kariernya sebagai fotografer pada tahun 2012.

Alfin bercerita, kala itu dia masih bekerja sebagai reporter kanal bisnis di sebuah media online. Dia bermodalkan kamera DSLR Nikon D90.

Baca juga: Tak Lekang oleh Waktu, Perjalanan Sutikno Lihat Dunia lewat Lensa Kamera

"Reporter bisnis kan kerjaannya mutar-mutar ke sini ke situ. Jadi kayak sayang kalau enggak foto. Ya sudah, beli kamera, coba-coba, dan ketagihan," kata Alfin saat berbincang dengan Kompas.com.

Kepercayaan diri Alfin semakin tumbuh ketika dirinya ikut pelatihan foto dan mendapatkan pujian dari atasannya.

"Dia (atasan) bilang, 'lo bagus nih, fotonya', gitu," celetuk Alfin.

Serius jadi fotografer lanskap

Pada tahun 2017, Alfin "menggantung ID pers"-nya dan beralih profesi menjadi fotografer penuh waktu.

Dia bekerja menjadi fotografer sekaligus pelatih di sebuah perusahaan toko kamera selama dua tahun.

Kemudian, Alfin kembali membuka lembaran baru dan mendirikan usaha sendiri jelang akhir tahun 2019.

"Bikin usaha photography trip. Market gue tuh teman-teman yang hobi fotografi lanskap, jadi travel tapi (temanya) fotografi," ujar dia.

Baca juga: Kisah Ngatiyem, Penjual Jamu Sebatang Kara yang Meninggal dalam Sunyi

Sebagai fotografer lanskap berbasis di Ibu Kota, ada tantangan tersendiri bagi Alfin. Yakni, langit Jakarta yang cenderung berwarna kelabu.

"Langit dan polisi jadi problemnya kalau moto di Jakarta dibanding kota-kota lain. Terlihat jelas di kamera, ya ampun!" keluh dia.

Kondisi itu semakin parah ketika Jakarta memasuki musim kemarau. Sebab, tak ada hujan yang bisa menyapu langit agar kembali biru.

"Landscape-an di Jakarta susah. Pagi kelabu, siang kelabu, sore apalagi—gelap!" seru Alfin sambil tertawa.

Sayangnya, tak ada solusi konkret selain menunggu hujan datang. Hal ini membuat Alfin menjadi pribadi yang lebih sabar.

"Tunggu hujan, mau enggak mau. Misal, jam tiga hujan pasti bagus, tuh. Berangkat, dah! Tapi ya, biasanya lihat prakiraan cuaca. Kalau hazy (mendung) atau gimana, bisa mengandalkan itu," sambung dia.

Selain kondisi langit, izin memotret juga bisa menjadi salah satu kendala terbesar bagi Alfin.

"Izin agak repot. Di luar negeri, di depan gedung taruh tripod juga enggak apa-apa. Kalau di sini ditanyain, 'ngapain, mas?'," tutur Alfin, menirukan suara petugas.

Icip-icip genre jadi saran bagi pemula

Bagi fotografer muda, Alfin menyarankan agar mencoba segala genre yang ada. Meski, kepribadian juga bisa jadi menjadi penentu genre foto seseorang.

"Gue yakin kepribadian orang menentukan genre (foto) yang dia pilih. Buat gue pribadi, lo harus nyoba semuanya dulu," ujar dia.

"Kadang juga ditentukan rezeki. Misal ibu-ibu arisan minta tolong fotoin, kalau rezekinya di situ ya sudah fotonya ibu arisan terus," sambung Alfin.

Mulai dari icip-icip segala objek foto, nanti seiring berjalannya waktu fotografer pemula akan melihat genre apa yang sesuai dengan kepribadiannya.

Baca juga: Sepenggal Kisah Siti Robiah, Puluhan Tahun Hidup di Kampung Apung Cengkareng

Terkhusus untuk fotografer lanskap yang masih iseng-iseng, Alfin memberi tips bahwa sosial media bisa menjadi tangga menuju 'kenaikan kelas'.

Sebagai contoh, memotret pesepeda saat Car Free Day. Sang fotografer bisa mengalungkan username sosial media portfolionya di depan dada.

"Tulis akun Instagram, misalnya. Nanti lo unggah foto yang ada watermarknya. Kalau pelari yang lo foto mau versi resolusi tingginya, tinggal DM (direct message) ke lo, bayar," papar dia.

Untuk satu foto, bisa dihargai sekitar Rp 70.000. Kalau dua foto sekitar Rp 100.000.

"Biasanya ada paketan," celetuk Alfin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bawaslu Kirim Surat ke Heru Budi, Ingatkan Untuk Tak Rotasi Pejabat DKI Jelang Pilkada 2024

Bawaslu Kirim Surat ke Heru Budi, Ingatkan Untuk Tak Rotasi Pejabat DKI Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Polisi Tangkap 2 Pengoplos Gas Elpiji 3 Kg ke Tabung 12 Kg di Bogor

Polisi Tangkap 2 Pengoplos Gas Elpiji 3 Kg ke Tabung 12 Kg di Bogor

Megapolitan
Polisi Tindak Pungli di Depan Masjid Istiqlal, Salah Satu Pelaku Positif Sabu

Polisi Tindak Pungli di Depan Masjid Istiqlal, Salah Satu Pelaku Positif Sabu

Megapolitan
Minta Dishub Tertibkan Parkir Liar di Jakarta, Heru Budi: Harus Manusiawi

Minta Dishub Tertibkan Parkir Liar di Jakarta, Heru Budi: Harus Manusiawi

Megapolitan
Keluarga Korban Kecelakaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Terima Santunan Rp 60 Juta

Keluarga Korban Kecelakaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Terima Santunan Rp 60 Juta

Megapolitan
Tukang Tambal Ban Digeruduk Ojol, Diduga Sebar Ranjau Paku di Jalan MT Haryono

Tukang Tambal Ban Digeruduk Ojol, Diduga Sebar Ranjau Paku di Jalan MT Haryono

Megapolitan
Cabuli 5 Anak di Cengkareng, Pelaku Masuk Rumah Korban dan 'Ngaku' Ingin Beli Pulsa

Cabuli 5 Anak di Cengkareng, Pelaku Masuk Rumah Korban dan "Ngaku" Ingin Beli Pulsa

Megapolitan
Murid dan Guru SMK Lingga Kencana Trauma, Menangis Saat Ditanya Kronologi Kecelakaan

Murid dan Guru SMK Lingga Kencana Trauma, Menangis Saat Ditanya Kronologi Kecelakaan

Megapolitan
Kontennya Diduga Merendahkan Bahasa Isyarat, Komika Gerall Dilaporkan ke Polisi

Kontennya Diduga Merendahkan Bahasa Isyarat, Komika Gerall Dilaporkan ke Polisi

Megapolitan
Soal Dugaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Tidak Laik Jalan, Yayasan Harap Polisi Beri Info Seterang-terangnya

Soal Dugaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana Tidak Laik Jalan, Yayasan Harap Polisi Beri Info Seterang-terangnya

Megapolitan
Pemkot Depok Beri Santunan Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Pemkot Depok Beri Santunan Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bangun RDF di Rorotan Cilincing, Tampung 2.500 Ton Sampah Per Hari

Pemprov DKI Jakarta Bangun RDF di Rorotan Cilincing, Tampung 2.500 Ton Sampah Per Hari

Megapolitan
Percaya Bus Laik Jalan, Yayasan SMK Lingga Kencana: Kalau Tak Yakin, Enggak Diberangkatkan

Percaya Bus Laik Jalan, Yayasan SMK Lingga Kencana: Kalau Tak Yakin, Enggak Diberangkatkan

Megapolitan
Ketika Janji Heru Budi Beri Pekerjaan ke Jukir Minimarket Dianggap Mimpi di Siang Bolong...

Ketika Janji Heru Budi Beri Pekerjaan ke Jukir Minimarket Dianggap Mimpi di Siang Bolong...

Megapolitan
Suprayogi, Guru SMK Lingga Kencana yang Tewas dalam Kecelakaan Bus, Dikenal Perhatian dan Profesional

Suprayogi, Guru SMK Lingga Kencana yang Tewas dalam Kecelakaan Bus, Dikenal Perhatian dan Profesional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com