BEKASI, KOMPAS.com - Umi Barkah (52) seorang pedagang di Pasar Kranji Baru, Kota Bekasi, merasa dilema menghadapi kenaikan harga bahan pangan yang kian tajam.
Umi mengaku tak tega apabila harus memecat karyawannya karena pendapatannya tak lagi sebesar dulu.
"Kadang curhat sama pekerja, mau keluarin mereka kasihan pada punya keluarga. Terus terang saja yang penting bismillah, kita bisa makan, anak buah kebayar," ujar Umi saat ditemui di Pasar Kranji Baru, Selasa (14/11/2023).
Baca juga: Kala Pedagang di Pasar Rawa Badak Tercekik Kenaikan Harga Beras Dagangannya Sendiri...
Umi menuturkan, dulu ia bisa dapat Rp 100.000 per hari dari setiap jenis bahan pangan yang dijualnya. Namun, kini pemasukannya merosot akibat harga jual terlalu tinggi.
"Sekarang dagangan kalau mahal ya kita enggak bisa memaksa orang, pembeli mau beli berapa pun dilayani," ujar dia.
Kata Umi, pedagang menjadi salah satu pihak yang paling merasakan dampak kenaikan harga pangan.
"Kalau kayak gini mah penurunan ada, enggak kayak dulu, (sekarang) cari keuntungan susah," tutur dia.
Baca juga: Singgung Kenaikan Harga Beras, Jokowi Sebut soal Kekeringan hingga Krisis Pangan
Umi mengatakan, keuntungan saat ini hanya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan makan dan membayar gaji karyawannya.
"Dulu kan bisa buat disimpan, sekarang mah bisa buat anak buah saja bersyukur," imbuhnya.
Kendati demikian, Umi tetap bersyukur dengan pendapatan yang dihasilkan dari dagangannya.
"Sekarang disyukuri saja, alhamdulillah. Daripada lihat nasib di bawah (banyak yang hidup susah)," paparnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.