Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pak Wi jadi Guru Sejak 1981: Gaji Pertama Rp 2.400 hingga Beli Vespa

Kompas.com - 26/11/2023, 18:02 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi guru bukanlah cita-cita Pak Wi. Tetapi garis hidup justru membawa pria bernama lengkap Wiyono Broto Soekarno (70) itu menjadi seorang pendidik selama 39 tahun terakhir.

Melalui sambungan telepon dengan Kompas.com di sela kegiatannya, Jumat (24/11/2023), Pak Wi bercerita, karier pertamanya, yakni menjadi seorang buruh di pabrik tekstil sekitar tahun 1973.

Kala itu, bekalnya hanyalah selembar ijazah dari Sekolah Teknik Menengah (STM) di Kota Surakarta. Delapan tahun lamanya ia bertahan di tengah ketidakpastian status sebagai pekerja pabrik tekstil yang berlokasi di Ciracas, Jakarta Timur.

"Karena politik kantor, saya dan beberapa teman akhirnya berhenti. Saat itu ada masalah yang membuat kami harus keluar," ucap Wiyono.

Baca juga: Cerita Perjalanan Wiyono dari Buruh Pabrik Jadi Tenaga Pendidik: Takdir yang Menuntun Saya

Sempat menganggur satu tahun sembari merintis usaha sablon kecil-kecilan, sekitar tahun 1981, pria kelahiran Klaten ini tiba-tiba menerima tawaran yang dalam perjalanannya banyak mengubah hidup.

Salah seorang customer usaha sablonnya ternyata adalah seorang kepala sekolah di SMPN 49 Jakarta (kini SMPN 171 Jakarta). Sang kepsek terpukau dengan desain batik Wiyono.

Pak Wi muda pun ditawari untuk menjadi guru mata pelajaran seni dan budaya di SMPN 49.

Bermodal nekat dan tekad merubah nasib, Pak Wi muda menerima tawaran itu, meskipun hanya lulusan STM.

Di masa awal memulai pekerjaan sebagai guru honor, gaji pertama yang diterima Pak Wi muda sebagai pengajar seni budaya adalah Rp 2.400 per bulan.

"Sebulan Rp 2.400 waktu saya mulai tahun 1981. Waktu itu saya sudah menikah dengan dua orang anak," ujar Wiyono.

Dengan upah tersebut, Wiyono harus menghidupi istri dan dua orang anaknya.

Beruntung, ia masih punya penghasilan tambahan dari usaha sablon yang telah dirintis sebelumnya.

Baca juga: Nadiem Makarim: Guru Harus Lanjutkan Gerakan Merdeka Belajar

Sehingga, gaji yang terbilang minim ini tidak mempengaruhi keputusan Pak Wi muda untuk menjadi guru. Sampai akhirnya ia diangkat sebagai aparatur sipil negara di tahun 1984.

"Besar kecilnya upah, kan saya tidak pernah terpikir ke situ karena alhamdulillah usaha sablon saya banyak yang menyenangi. Jadi hasil dari rumah (sablon) sudah berapa kali lipat dari honor saya," kata ayah dari empat anak itu.

Setahun mengajar, barulah ia mengambil kuliah jenjang diploma satu (D1) jurusan seni rupa, tepatnya di tahun berikutnya pada 1982-1983.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra Tetap Akan Usung Kader di Pilkada DKI 2024

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra Tetap Akan Usung Kader di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Megapolitan
Berantas Jukir Liar, DPRD Usul Pemprov DKI-Minimarket Kerja Sama

Berantas Jukir Liar, DPRD Usul Pemprov DKI-Minimarket Kerja Sama

Megapolitan
Bulan Depan, Gerindra Akan Umumkan Nama yang Diusung untuk Pilgub DKI

Bulan Depan, Gerindra Akan Umumkan Nama yang Diusung untuk Pilgub DKI

Megapolitan
Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Megapolitan
Jukir Liar Akan Ditertibkan lalu Dikasih Pekerjaan, DPRD DKI: Tidak Semudah Itu 'Ferguso'!

Jukir Liar Akan Ditertibkan lalu Dikasih Pekerjaan, DPRD DKI: Tidak Semudah Itu "Ferguso"!

Megapolitan
Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Megapolitan
Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Megapolitan
DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Megapolitan
Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com