Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Hal yang Memberatkan Vonis 3 Oknum TNI Pembunuh Imam Masykur

Kompas.com - 12/12/2023, 06:22 WIB
Nabilla Ramadhian,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga oknum anggota TNI pembunuh Imam Masykur divonis penjara seumur hidup dan pemecatan dari dinas militer TNI AD.

Ada lima hal yang dipertimbangkan oleh majelis hakim, sehingga memutuskan vonis tersebut terhadap Praka Riswandi Manik, Praka Heri Sandi, dan Praka Jasmowir.

"Perbuatan terdakwa telah merusak citra TNI AD, khususnya satuan terdakwa di mata masyarakat," ungkap Hakim Ketua Kolonel Chk Rudy Dwi Prakamto dalam sidang pembacaan vonis di Pengadilan Militer II-08 Jakarta, Cakung, Jakarta Timur, Senin (11/12/2023).

Baca juga: 3 Hal yang Meringankan Vonis 3 Oknum Anggota TNI Pembunuh Imam Masykur

Untuk diketahui, Praka Riswandi Manik berasal dari satuan Paspampres.

Sementara Praka Heri Sandi dari Direktorat Topografi Angkatan Darat (Dittopad), dan Praka Jasmowir dari Kodam Iskandar Muda Aceh.

Berikut lima hal yang memberatkan vonis tiga terdakwa pembunuh Imam Masykur:

1. Aspek kepentingan militer

Dari aspek kepentingan militer, ketiganya telah dididik, dilatih, dan disiapkan oleh negara untuk melaksanakan tugasnya.

Dengan kata lain, tugas para terdakwa adalah melindungi keberlangsungan hidup negara dan masyarakat.

Namun, Praka Riswandi Manik, Praka Heri Sandi, dan Praka Jasmowir justru membunuh rakyat, dalam hal ini Imam.

2. Aspek keadilan masyarakat

Dari aspek keadilan masyarakat, perbuatan yang telah dilakukan bertentangan dengan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat.

Perbuatan mereka juga bertentangan dengan norma hukum yang tertuang dalam nilai Pancasila.

Sebab, mereka tidak mencerminkan nilai keperimanusiaan yang beradab dan nilai agama yang diyakini masyarakat.

"Perbuatan para terdakwa merusak ketertiban, keamanan, dan kedamaian dalam masyarakat. Pandangan masyarakat terhadap perbuatan para terdakwa adalah perbuatan yang sangat keji dan tidak menggambarkan manusia yang berperikemanusiaan," tutur Rudy.

Oleh karena itu, mereka pantas mendapatkan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya.

3. Sikap batin para terdakwa

Sikap batin Praka Riswandi Manik, Praka Heri Sandi, dan Praka Jasmowir menjadi salah satu hal yang memberatkan vonis.

Ada sejumlah hal yang disorot oleh Rudy. Pertama, mereka melakukannya dengan sengaja dan dalam keadaan sadar.

"Bahwa pembunuhan yang dilakukan terbukti berencana terlebih dahulu," ucap dia.

Kemudian, setelah menculik dan membunuh Imam, ketiganya tidak menunjukkan penyesalan meski hal itu terucap dalam persidangan.

Tidak hanya itu, perbuatan para terdakwa dilakukan karena kurangnya rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan, bahkan dinilai cenderung untuk menghindari tanggung jawab.

"Hal ini menunjukkan bahwa para terdakwa jauh dari sifat-sifat seorang satria prajurit," Rudy berujar.

"Bahkan dalam melakukan perbuatan tersebut, para terdakwa tidak berpikir (tentang) kondisi psikologis korban atau orang tua korban, dan tidak menunjukkan rasa iba dan kasihan terhadap korbannya," ucap dia.

Baca juga: Divonis Penjara Seumur Hidup, 3 Oknum TNI Pembunuh Imam Masykur Diberi 3 Hak Tanggapi Putusan

4. Imam Masykur bukan musuh TNI

Hal lainnya yang memberatkan vonis adalah obyek sasaran pidana. Pembunuhan dilakukan terhadap Imam yang sedang tidak berdaya, dan bukan musuh TNI.

"Para terdakwa, dalam kasus ini, (seharusnya) menyerahkan korban ke pihak berwajib. Bukan malah membunuhnya, membuang mayat korban, dan menculik korban," tegas Rudy.

Ia kembali menyoroti cara Praka Riswandi Manik, Praka Heri Sandi, dan Praka Jasmowir melancarkan aksi mereka terhadap Imam.

"Pembunuhan dilakukan oleh para terdakwa dengan cara diculik, disiksa, setelah tahu korban meninggal dunia, para terdakwa malah membuang korban untuk menghilangkan jejak perbuatannya," ungkap Rudy.

5. Perbuatan keji

Majelis hakim menilai, perbuatan para terdakwa tergolong keji.

Menurut mereka, penculikan dan pembunuhan terhadap Imam mencerminkan bahwa para terdakwa tidak memiliki rasa kemanusiaan.

Imam Masykur adalah pemilik toko obat di Rempoa, Tangerang Selatan. Ia diculik dan dibunuh oleh Praka Riswandi Manik, Praka Heri Sandi, dan Praka Jasmowir.

Jasad Imam ditemukan di sebuah sungai di Karawang, Jawa Barat, usai dibuang oleh para pelaku.

Imam Masykur adalah pemilik toko obat di Rempoa, Tangerang Selatan. Ia diculik dan dibunuh oleh Praka Riswandi Manik, Praka Heri Sandi, dan Praka Jasmowir.

Jasad Imam ditemukan di sebuah sungai di Karawang, Jawa Barat, usai dibuang oleh para pelaku.

Baca juga: 3 Oknum TNI Pembunuh Imam Masykur Divonis Penjara Seumur Hidup, Keluarga Korban Ingin Pelaku Dihukum Mati

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Megapolitan
Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Megapolitan
Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Megapolitan
Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Megapolitan
Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada 'Study Tour' ke Luar Kota

Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada "Study Tour" ke Luar Kota

Megapolitan
RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

Megapolitan
Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Megapolitan
Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Megapolitan
Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Megapolitan
Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Megapolitan
Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar 'Video Call' Bareng Aipda Ambarita

Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar "Video Call" Bareng Aipda Ambarita

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com