Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Tahun Pembunuh Harun Al Rasyid Tak Terungkap, Sang Ayah: Pemerintah Harus Tanggung Jawab

Kompas.com - 14/12/2023, 12:24 WIB
Zintan Prihatini,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Empat tahun sudah, kasus kematian remaja bernama Harun Al Rasyid tak kunjung terungkap.

Adapun Harun tewas tertembak dalam kerusuhan pasca digelarnya pemilihan umum (pemilu) di kawasan Slipi, Jakarta Barat, 22 Mei 2019 lalu.

Kekecewaan mendalam dirasakan ayah Harun, Didin Wahyudin (50), yang beberapa tahun belakangan memperjuangkan agar misteri kematian anaknya bisa terselesaikan.

“Sudah jelas kecewa, bahkan saya berjuang itu bukan main-main. Sampai beberapa kali kena gas air mata, setiap aksi saya selalu turun dari aliansi atau mahasiswa saya ikut turun,” kata Didin saat ditemui Kompas.com di kediamannya di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (13/12/2023).

Baca juga: Duka Keluarga Harun Al Rasyid, Korban Tewas di Tragedi Kerusuhan Pemilu 2019

Setiap kali aksi digelar, Didin hanya meminta kejelasan kasus kematian Harun. Pasalnya, hampir lima tahun era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), tetapi kasus ini tidak menemui titik terang hingga kini.

“Karena memang keadilan di era Jokowi tidak ada lagi. Ini kan negara hukum, sampai kapan pun saya enggak ikhlas, saya akan tuntut,” ungkap Didin.

“Kalau (Harun) meninggal saya serahkan ke Allah. Tetapi untuk keadilan harus ditegakkan, dan pemerintah harus tanggung jawab,” imbuh dia.

Didin masih mempertanyakan, mengapa putra keduanya itu bisa mengalami tragedi yang mengenaskan. Padahal, Harun hanya berpamitan untuk main sebelum dinyatakan tewas dalam kerusuhan 21-22 Mei 2019. Sejauh ini, kepolisian menduga Harun merupakan salah satu perusuh kala itu.

Baca juga: Misteri Tewasnya Harun Al Rasyid di Kerusuhan 22 Mei Mulai Terkuak...

“Seharusnya kalau (Harun) merusuh, diamankan lah atau apa. Tidak ada hak (mereka) untuk membunuh. Setelah membunuh apa yang terjadi? Mereka mengabaikan,” ujarnya.

Didin mengaku pertama kali mendengar Harun tak bernyawa dari percakapan di grup WhatsApp, usai berupaya mencari keberadaan korban. Dia mengunggah foto sang anak ke percakapan grup tersebut.

“Di situ saya kirimkan foto anak saya ke grup. Tidak lama ada kabar, mengirimkan foto almarhum sedang terbujur di rumah sakit,” tutur Didin.

Dalam kekalutan, Didin mendatangi Rumah Sakit Kanker Dharmais tempat Harun ditangani. Namun, ia tak menemukan jenazah putra keduanya itu. Harun rupanya telah dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur untuk diotopsi.

“Anak saya ditembak peluru tajam di bagian (tubuh sebelah) kiri tembus ke dada. Bersarang di dada, peluru itu. Otopsi juga memang benar ada peluru tajam,” jelas dia.

Baca juga: Ayah di Muara Baru Banting Anak Kandungnya hingga Tewas

Ia meyakini, sosok yang menembak anaknya merupakan anggota kepolisian. Kendati begitu, hingga kini tak ada kejelasan terkait sosok pelaku yang menewaskan Harun Al Rasyid.

“Sampai saat ini belum ada kejelasannya tentang tragedi ini. Lima tahun ke belakang saya kan berjuang mencari keadilan, namun terseok-seok dan enggak ada kepastian,” sebut Didin.

Seperti diberitakan Kompas.com, 6 Juli 2019, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri yang kala itu dijabat Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menjelaskan, Harun ditembak oleh penembak misterius dari jarak sekitar 11 meter.

“Jaraknya cukup dekat antara pelaku yang melakukan penembakan dengan tangan kiri dan korban yang ditemukan di TKP. Jaraknya kurang lebih dari hasil analisis dan rekonstruksi, 11 meter," tutur Dedi dalam konferensi pers di Gedung Mabes Polri, Jumat (5/7/2019).

Sementara itu, Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya yang sebelumnya dijabat Kombes (Pol) Suyudi Ario Seto menerangkan, penembak diduga memegang senjata api menggunakan tangan kiri di bawah dada mengarah ke samping.

Baca juga: Berkas Lengkap, Polisi Serahkan 5 Tersangka Rumah Produksi Film Porno di Jaksel ke Kejati

 

Ini berdasarkan hasil uji balistik dikombinasikan dengan keterangan saksi mata.

“Arah (peluru) lurus mendatar. Karena posisinya (Harun) di trotoar, agak tinggi. Jadi, diduga pelaku ini agak tinggi karena pelaku (pegang senjata api) di sini (di bawah dada menembaknya)," papar Suyudi.

Adapun polisi mencatat ada sembilan korban tewas dalam peristiwa 21-22 Mei 2019. Kesembilannya diduga merupakan perusuh. Polisi memastikan empat dari sembilan korban tersebut tewas karena peluru tajam.

Korban tewas, yakni Bachtiar Alamsyah, Abdul Azis, M Rehan Fajari, Widianto Rizki Ramadhan, Farhan Syafero, Adam Noorian, Sandro, Harun Al Rasyid, dan Muhamad Reza.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Megapolitan
Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Megapolitan
Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Megapolitan
Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Megapolitan
Polda Metro Minta Masyarakat Lapor jika Ada Juru Parkir Memalak

Polda Metro Minta Masyarakat Lapor jika Ada Juru Parkir Memalak

Megapolitan
Polisi Akan Bantu Dishub Tertibkan Juru Parkir Liar di Jakarta

Polisi Akan Bantu Dishub Tertibkan Juru Parkir Liar di Jakarta

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra Tetap Akan Usung Kader di Pilkada DKI 2024

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra Tetap Akan Usung Kader di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Megapolitan
Berantas Jukir Liar, DPRD Usul Pemprov DKI-Minimarket Kerja Sama

Berantas Jukir Liar, DPRD Usul Pemprov DKI-Minimarket Kerja Sama

Megapolitan
Bulan Depan, Gerindra Akan Umumkan Nama yang Diusung untuk Pilgub DKI

Bulan Depan, Gerindra Akan Umumkan Nama yang Diusung untuk Pilgub DKI

Megapolitan
Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com