Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak yang Diperkosa Ayah Kandung di Tangsel Diusir karena Aib, Dampaknya Korban Lain Akan Takut Bersuara

Kompas.com - 15/12/2023, 13:30 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerkosaan yang menimpa FN (17) oleh ayah kandungnya, MN (53), di Pondok Aren, Tangerang Selatan, dianggap aib oleh lingkungannya.

Hal itu membuat ia kembali menghadapi kenyataan pahit karena harus terusir dari rumah kontrakannya. Padahal, dalam kasus ini, FN adalah korban.

Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, Siti Aminah Tardi, berpandangan sikap lingkungan yang demikian bisa berdampak pada korban serupa lainnya.

Baca juga: Anak yang Diperkosa Ayah di Tangsel Jangan Sampai Diusir, Komnas Perempuan: Seharusnya Didukung Pulih

"Memberikan stigma sebagai aib akan semakin menyurutkan korban-korban untuk bersuara atau mengadu," ucap Siti kepada Kompas.com, dikutip Jumat (15/12/2023).

Hal ini, kata Siti, akan mengakibatkan korban tidak akan mendapatkan penanganan yang baik saat menghadapi situasi serupa.

Komnas Perempuan sendiri memberikan perhatian serius terhadap kasus kekerasan seksual yang menimpa anak perempuan.

"Mengingat dampak yang keberlanjutan terhadap masa depan korban dan hambatan korban dalam mengakses keadilan karena faktor usia," kata dia.

Baca juga: Anak Diperkosa Ayah Kandung Belasan Kali hingga Hamil, P2TP2A Tangsel: Korban Trauma Ingat Bapaknya

Menurut Siti, kasus inses dan kekerasan seksual terhadap anak perempuan menunjukkan bahwa perempuan sejak usia anak dalam situasi yang tidak aman dalam kehidupannya, bahkan oleh orang terdekat.

Dengan memahami bahwa korban inses adalah korban yang paling tidak berdaya maka seharusnya didukung untuk pulih.

"Korban juga jangan dipersalahkan dan distigma sebagai aib," ucap Siti.

Kini, FN berserta ibunya, S (37), dan sang adik harus mencari kontrakan baru lantaran peristiwa kelam itu dianggap tetangganya membawa aib.

Baca juga: Ayah Kandung di Tangsel Perkosa Anaknya hingga Hamil, Pakar: Demi Keselamatan, Kuasa Asuh Bisa Dialihkan

Tak ada yang suara yang membela nasib FN. Dia dan keluarganya akhirnya berencana pindah ke kontrakan lain di wilayah Pondok Betung, Tangerang Selatan.

Kepala UPTD Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Tangerang Selatan Tri Purwanto membenarkan kabar tersebut.

Kabar itu ia dapatkan dari pendamping kasus tersebut. Ia mengatakan, FN mau tak mau harus pergi dari kontakannya pada Januari 2024.

"Keluarga klien memang sudah mau pindah dari kontrakan tersebut karena ibu klien (S) enggak mau klien (FN) teringat kejadian persetubuhan di kontrakan tersebut," klaim dia.

Baca juga: Derita Anak yang Diperkosa Ayah Kandung hingga Hamil di Tangsel: Disetubuhi sejak 2018 hingga Alami Baby Blues

Halaman:


Terkini Lainnya

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan 'Treadmill' untuk Calon Jemaah Haji

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan "Treadmill" untuk Calon Jemaah Haji

Megapolitan
Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Megapolitan
Resahnya Arya Naik JakLingko, Dapat Sopir Ugal-ugalan yang Tengah Diteror 'Debt Collector'

Resahnya Arya Naik JakLingko, Dapat Sopir Ugal-ugalan yang Tengah Diteror "Debt Collector"

Megapolitan
3 Jenazah Korban Kebakaran Kapal di Muara Baru Diketahui Identitasnya

3 Jenazah Korban Kebakaran Kapal di Muara Baru Diketahui Identitasnya

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tambah Fasilitas 'One Stop Service' untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tambah Fasilitas "One Stop Service" untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Sebut STIP Terbuka dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna yang Dianiaya Senior

Polisi Sebut STIP Terbuka dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Maling Motor di Tebet Sempat Masuk ICU gara-gara Dikeroyok Warga

Maling Motor di Tebet Sempat Masuk ICU gara-gara Dikeroyok Warga

Megapolitan
“Kalau Bung Anies Berniat Maju Pilkada DKI Lewat PDI-P, Silakan Daftar'

“Kalau Bung Anies Berniat Maju Pilkada DKI Lewat PDI-P, Silakan Daftar"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com