JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 64 kepala keluarga (KK) eks warga Kampung Bayam memaksa masuk ke dalam hunian Kampung Susun Bayam (KSB), Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Mereka yang mengatasnamakan Kelompok Tani Kampung Bayam Madani itu mulai memasuki hunian KSB pada akhir November, setelah tinggal di pelataran sejak 13 Maret 2023.
Ada beberapa alasan yang membuat mereka menerobos masuk unit-unit KSB, salah satunya keadaan darurat atau alasan bertahan hidup.
“Kami hidup di pelataran itu juga harus memerhatikan hidup, tanpa lampu dan air, kesehatan, dan pendidikan anak-anak,” ungkap Ketua Kelompok Tani Kampung Bayam Madani, Furqon (45), kepada Kompas.com, Selasa (20/12/2023).
Baca juga: 1 Bulan Tinggal di Rusunawa Nagrak, Eks Warga Kampung Bayam: Kami Berproses untuk Kehidupan di KSB
Menurut dia, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sebagai pengelola kawasan harus memperhatikan ruang hidup yang dibutuhkan warga.
“Artinya, ini kebutuhan kami yang sudah menjadi hak, yakni penataan kampung kumuh yang telah dibuat dan diresmikan oleh Pak Anies,” ucap Furqon.
Selain alasan darurat, Furqon mengeklaim bahwa setiap warga telah mendapatkan surat keputusan (SK) untuk menempati hunian.
“Ini bukan alasan. Tapi, kami berteriak agar mereka membuka mata hati mereka. Coba kalau posisi mereka ditukar dengan kami. Bagaimana?” tutur Furqon.
Dengan keadaan ini, mereka terpaksa urunan bensin genset demi mendapatkan aliran listrik di KSB.
Aliran listrik dibutuhkan terutama oleh anak sekolah yang harus mengerjakan pekerjaan rumah setiap malam.
Baca juga: Pemprov DKI Relokasi 15 Keluarga Eks Warga Kampung Bayam ke Rusun Nagrak
“Ya berupaya kami. Sekarang tanpa ada listrik, ya kami ada genset. Dengan keterbatasan ekonomi, kami patungan. Iya, swadaya warga. Inilah di sini, sangat miris,” kata Furqon..
Biasanya, genset tersebut beroperasi mulai dari pukul 19.00 WIB hingga 06.00 WIB atau sampai bensin habis.
Bukan hanya listrik, warga eks Kampung Bayam yang berhuni di KSB ini juga mengaku kesulitan air bersih.
Mereka pernah mengambil air bersih di toilet Jakarta International Stadium (JIS). Namun, petugas keamanan tidak memperbolehkannya.
“Akhirnya di sebelah barat itu ada air keran di dekat proyek, kami pergunakan itu,” ujar Furqon.