"Kalau dikatakan manusia tidak berakhlak itu bukan pujian. Itu artinya dia menyalahi dirinya sebagai makhluk karena sebagai makhluk dia harus bersembah sujud kepada Allah," kata dia.
Baca juga: Syukur Jemaah Bisa Misa Malam Natal 2023 di Katedral, Terasa Seperti Sebelum Pandemi
Bertepatan dengan perayaan Natal 2023, Suharyo juga meminta umat Katolik tidak golput saat Pemilu 2024.
Pesan Pemilu damai ini disampaikan agar jemaat memilih calon presiden dan calon wakil presiden dengan cerdas.
“Kepada umat Katolik, silakan datang untuk ikut memilih calon-calon pemimpin kita. Dengan suara hati masing-masing, tidak ada paksaan. Kalau saya mengatakan ‘pilih ini (calon presiden)’ nanti saya di-kartu merah oleh Paus,” ujar Suharyo.
Ia pun mengimbau jemaat menentukan pilihan pemimpin negara sesuai hati nurani. Suharyo kemudian mengingatkan agar jemaat memilih pemimpin dengan mempertimbangkan segala aspek.
"Karena sudah diumumkan lembaga resmi berwenang kita juga mesti menjaga persatuan, tetap damai, karena ciri yang sangat istimewa dari bangsa kita adalah persatuan," ungkap dia.
Baca juga: Misa Malam Natal, Pemuda Muslim Bantu Amankan dan Sebrangi Jemaat Katedral Jakarta
Dalam kesempatan itu, Suharyo turut menyampaikan supaya umat Katolik tidak membuang-buang makanan.
Pasalnya, banyaknya sisa makanan yang dibuang mencapai angka Rp 300 triliun. Padahal, 21,6 persen anak di Indonesia masih mengidap stunting.
"Memang makanan yang dibuang sebagai sampah pada tahun 2022 kalau di-rupiah-kan jumlah Rp 330 triliun," jelas Suharyo.
"Sementara anak-anak kita kurang gizi, makanan yang dibuang sekian banyak," imbuh dia.
Oleh karena itu, Suharyo meminta umat Katolik menyadari bahwa membuang makanan sama dengan merampas hak orang lain.
Baca juga: Pesan Natal 2023, Uskup Agung Sampaikan Manusia Harus Hidup Berlandaskan Etika
Dia mengajak umat lebih peduli kepada sesama dengan tidak membuang makanan.
"Kadang-kadang matanya lebih besar dari pada perutnya. Dipesan tetapi nanti tiga perempat (porsinya) dibuang, hanya sedikit saja yang dicicipi. Itu termasuk dosa merampas hak orang miskin," tuturnya.
Ia pun berpandangan, perbaikan gizi pada anak untuk mencegah stunting bukan hanya tanggung jawab negara, melainkan juga kesadaran masyarakat.
Suharyo lalu menyoroti temuan banyaknya orangtua yang justru membiarkan anak mereka stunting agar mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.
"Alasannya supaya kalau anak-anak itu tetap stunting, tetap kurus, tetap kurang gizi. Itu kan di luar pemikiran kita. Mestinya bantuan kepada anak-anak ya sampai, pada nyatanya tidak," papar Suharyo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.