Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjala Harapan di Kampung Nelayan Marunda Kepu

Kompas.com - 23/01/2024, 09:32 WIB
Vincentius Mario,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - "Kita masih bisa. Namanya hidup, harus punya keyakinan."

Agus (60), warga Kampung Nelayan Marunda Kepu, Cilincing, Jakarta Utara, mengucap kata-kata di atas sambil menepuk dadanya, Senin (22/1/2024).

Cuaca sore hari di Marunda Kepu cerah berawan. Debu naik hingga ke hidung.

Anak-anak kecil bermain bola di jalan lurus berdebu menuju rumah Agus yang letaknya di ujung kampung.

Baca juga: Lautan Sampah di Pesisir Marunda Kepu, Perahu Nelayan Bersandar di Tumpukan

Beberapa nelayan terlihat sibuk memoles kapalnya dengan amplas sebelum dicat.

Warga pemilik tambak menggulung alat pancing, menaburkan pakan ikan dan menjala sampah yang mengambang di permukaan air.

"Marunda itu kelurahan. Kalau Kampung Nelayan, yang murni nelayan, di sini ada empat; ada Marunda Pulo, Marunda Kongsi, Marunda Bidara, sama Marunda Kepu," lanjut Agus sambil mengajak Kompas.com menuju ke perahu miliknya.

Sambil menarik asap rokok lintingan di tangan kanannya, Agus gusar melihat tumpukan sampah di pesisir laut persis di depan rumahnya.

Dari tepi laut rumah Agus, lautan sampah sudah memanjang ke depan sekitar 15 meter dan kini bisa menjadi landasan bagi kakinya dan perahunya.

Sorot mata Agus tertuju pada beberapa gelas dan botol plastik di dekat perahu. Agus mengambil sampah tersebut dan memasukkan ke dalam kantong plastik kecil yang dia keluarkan dari saku celana.

"Dulu enggak ada sampah di sini. Jadi ini semenjak irigasi ini dibuat hingga sekarang, enggak pernah diolah. Sampah ini ada sejak lima tahun terakhir. Jadi sekarang sampah tidur," ujar Agus.

Agus mempertanyakan kinerja petugas dari Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Marunda.

Agus berharap alat berat bisa didatangkan agar masalah sampah di lingkungannya bisa teratasi.

"Kalau zaman dulu enggak pakai alat berat, wajar. Kalau sekarang kan alat berat banyak. Kenapa pakai tangan? Kita yang rugi. Aturan kita bisa kerja ya, enggak bisa. Perahu dangkal, enggak bisa jalan," lanjutnya.

Menyulap sampah jadi berkah

Baca juga: Cuaca Buruk, Warga di Kampung Nelayan Marunda Berhenti Melaut

Cuaca buruk dan sampah yang terihat menggunung di sekitar lingkungan, membuat warga Marunda Kepu tak kehilangan asa.

Senada dengan Agus, Rarat (55) juga salah satu yang memanfaatkan sampah plastik untuk dijual ke pengepul.

"Kalau sampah plastik gini, kayak botol dan gelas aqua, itu kami jual di pengepul yang lewat. Satu kilogram paling Rp 1500 sampai Rp 2000. Satu karung gini bisa empat sampai lima kilogram," ungkap Rarat.

Meski memulung, Rarat bangga karena usahanya terbilang halal dan tak merugikan orang lain.

"Saya mah yang penting ada penghasilan, dapur istri mengebul. Ini bisa dikatakan usaha paling halal," ucap Rarat.

Berhenti melaut

Cuaca buruk, angin kencang, dan ombak yang saat ini tak menentu membuat Agus, Rarat dan warga nelayan lainnya berhenti melaut.

Mereka sadar betul, risiko yang menanti di laut lebih besar dibandingkan hasil tangkapan ikan yang bakal mereka dapat.

"Saya nelayan di sini. Cuma sekarang cuacanya lagi buruk, ombak besar. Saya punya perahu kecil. Kalau musim panas itu biasanya melaut. Tapi sekarang anginnya lagi enggak bagus," jelas Rarat.

Ketika cuaca baik, Rarat biasa membuang jala di perairan Gombong, Tanjung Priok, hingga Muara Karang.

Rarat memprediksi setelah momen Idul Fitri, cuaca baru bisa dikatakan aman bagi nelayan.

Harapan

Beberapa cerita yang dikisahkan Agus dan Rarat di atas mewakili nelayan Marunda Kepu yang kini kesulitan mencari nafkah.

Meski begitu, mereka tetap sadar. Di tengah hidup sudah sulit dan berat, harapan masih terus ada dan perlu dihidupkan selapis demi selapis.

"Kami berpikir, kok makin lama, hidup makin sulit ya. Tapi kalau berpikir terus, enggak akan maju. Makanya harus bertindak. Kami mau maju, kami cari jalan terus buat cari duit," tutur Rarat.

Agus dan Rarat merindukan masa-masa indah ketika lingkungannya tak ada sampah. Mereka pergi ke laut dengan santai dan pulang dengan hasil tangkapan yang lumayan.

"Kadang kalau kayak gini mau buru-buru ke laut. Nunggu abis Lebaran, biar bisa ke laut lagi. Dapet ikan banyak dan dapur bini ngebul lagi," ungkap Agus.

Biarpun hanya setitik, harapan itu selalu ada. Di bayangan warga Kampung Nelayan Marunda Kepu, harapan selalu tersaji lewat mulut-mulut ikan yang melahap mata kail.

Harapan itu ada lewat ombak tenang yang yang menghampiri perahu, dan buih air laut pertanda ada ikan di bawah perahu.

"Kita masih bisa. Namanya hidup, harus punya keyakinan," kata Agus sambil menepuk dadanya, di atas perahu.

Baca juga: Berhenti Melaut karena Cuaca Buruk, Warga di Marunda Kepu Jadi Pemulung Sampah Plastik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Megapolitan
Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Megapolitan
DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Megapolitan
Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com