JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah tiga tahun Arifin (57) menjadi penjaga Tanjakan Lengkong di RW 10 Kelurahan Pejaten Timur, Jakarta Selatan.
Tidak sendiri, Arifin bersama teman-temannya bergantian menjaga tanjakan tersebut. Tujuannya agar para pengguna jalan selamat sampai tujuan masing-masing.
Arifin bercerita, pada Oktober 2019, jumlah pengendara sepeda motor yang melintasi Tanjakan Lengkong mulai meningkat.
Sebab, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mulai membangun Flyover Tapal Kuda Tanjung Barat dan Lenteng Agung. Imbasnya, kemacetan di wilayah itu tidak terhindarkan.
“(Lewat Tanjakan Lengkong) karena pengin memotong jalan. Lewat sana (Jalan Raya Pasar Minggu belok kiri ke Jalan Poltangan Raya) jauh dan macet, karena ada pembangunan flyover tapal kuda itu,” kata Arifin saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (23/1/2024).
Baca juga: Menjala Harapan di Kampung Nelayan Marunda Kepu
Seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna jalan di Tanjakan Lengkong, keributan antar-pengendara motor kerap kali terjadi. Mereka saling serobot dan mendahului.
Padahal, Tanjakan Lengkong hanya muat dilalui satu motor.
“Ini nih, kayak begini contohnya. Orang-orang yang kayak begini enggak menyadari keselamatan. Ada penjaga saja kayak begini, bagaimana tidak? Masih dijaga saja terkadang Ragunan (sumpah serapah) keluar,” ucap Arifin.
Beberapa bulan pembangunan Flyover Tanjung Barat berjalan, tepatnya 1 Januari 2020, musibah longsor melanda Tanjakan Lengkong.
Kondisi tersebut membahayakan para pengguna jalan Tanjakan Lengkong.
Baca juga: Lautan Sampah di Pesisir Marunda Kepu, Perahu Nelayan Bersandar di Tumpukan
Alhasil, warga setempat serta pemangku wilayah berembuk. Mereka memikirkan keselamatan pengguna jalan, mengingat meningkatnya jumlah pengendara motor di Tanjakan Lengkong.
“Kami berembuk, hasilnya mengadakan buka tutup (di Tanjakan Lengkong). Karena di situ untuk menyelamatkan pengendara dan pengguna jalan ini,” ujar Arifin.
“Itu jalannya longsor. Bahaya kalau enggak buka tutup, banyak orang yang jatuh, karena jalannya sempit dan membahayakan,” tambah dia.
Sistem buka tutup ini diatur oleh para penjaga Tanjakan Lengkong, yakni Arifin dan kawan-kawan. Pengguna jalan hanya tinggal menunggu aba-aba dari penjaga.
“Karena jalannya licin dan tikungan, kalau enggak hati-hati, itu banyak yang jatuh. Apalagi musim hujan dan gerimis, itu lebih banyak yang jatuh. Kami sering tolongin orang, ini (dengkul dan tulang kering) sampai luka-luka, karena kami di sini untuk menolong, membantu jalannya orang agar selamat, tidak kecelakaan,” tutur Arifin.