Kendati demikian, Masud berujar, perbaikan Jalan Raya Dadap tidak sekaligus dengan Jalan Perancis dari depan Klinik Utama Dadap Putih menuju area proyek PIK 2. Kata dia, hal itu dikarenakan beda penanggung jawab.
“(Perbaikannya sudah) Lama sih, sekitar lima atau enam tahun. Tapi ya jalan begini saja, soalnya mobilnya (truk) gede-gede, mobil tanah merah semua,” ucap Masud.
Dalam kesempatan berbeda, warga sekaligus pengemudi ojek online (ojol) bernama Maruf (50) mengaku sudah terbiasa dengan jalanan di kawasan Dadap yang rusak.
“Iya (terbiasa), apalagi ini trayeknya, jalannya (dilalui) mobil-mobil (truk bermuatan) tanah,” ungkap pria yang sejak lahir sudah bermukim di kawasan Dadap.
Meski masih banyak lubang dan bergelombang, menurut Maruf, kondisi jalanan di kawasan Dadap sudah sangat berubah jika dibandingkan dengan masa lampau.
Baca juga: Saking Seringnya, Warga Terbiasa Lihat Jalan Rusak di Persimpangan Dadap Tangerang
“Iya (dari dulu sudah memang sering berlubang. Ya namanya kawasan industri kayak begini kan, jalannya kan enggak kuat lama. Paling berlubang, nanti ada perbaikan. Gitu saja,” tutur Maruf.
Mengenai debu-debu yang “bergentayangan” di udara dan siap menghinggapi paru-paru manusia, Maruf memastikan bahwa warga setempat tidak ada keluhan soal penyakit.
Ia menyebutkan, masyarakat Dadap sudah terbiasa sehari-hari hidup berdampingan dengan debu.
“Karena sudah kebiasaan, jadi kayaknya, biasa saja. Jadi, enggak ada keluhan dari ini (penyakit). Paling ya keluhan dari masyarakat, rumahnya pada kotor, debu-debu. Kalau soal penyakit, kayaknya hampir enggak kedengeran,” imbuh Maruf.
Baca juga: PT KAI Tambah Kereta Tujuan Garut dan Banjar dari Stasiun Gambir, Harga Tiket Mulai Rp 156.000
“Iya (hidup berdampingan), dari pembangunan kawasan pergudangan sampai pembangunan pantai indah kapuk, sampai sekarang ini, kayaknya sudah biasa saja. Jadi, keluhan masyarakat, 'Jalannya dibenerin', ya dibenerin. Ya enggak kayak dulu, sekarang lebih enak,” lanjutnya dengan santai.
Bahkan, Maruf sudah memaklumi dengan truk-truk yang menjadi biang kerok penyebab jalanan menjadi rusak.
“(Penyebabnya) Kendaraan roda empat yang paling berat. Truk tanah. Namanya kawasan industri, bagaimana sih? Mobilnya enggak ada yang kecil, kontainer, muatannya berton-ton,” kata dia.
Meski begitu, Masud dan Mafur memiliki harapan yang sama. Mereka menginginkan jalanan di kawasan Dadap menjadi rapi dan bagus.
“Ya harapan sebagai warga, ya jalan rapi, bersih, enggak kayak sekarang ini. Semua orang kan pasti penginnya kayak gitu. Ya harapan. (Tapi) ya ini kan hanya harapan warga. Tapi, yang berwenang dari pemerintah,” pungkas Maruf.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.