Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Warga Dadap Terbiasa Hidup Berdampingan dengan Jalan Berlubang, Debu, dan Truk...

Kompas.com - 25/01/2024, 07:03 WIB
Baharudin Al Farisi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Kendati demikian, Masud berujar, perbaikan Jalan Raya Dadap tidak sekaligus dengan Jalan Perancis dari depan Klinik Utama Dadap Putih menuju area proyek PIK 2. Kata dia, hal itu dikarenakan beda penanggung jawab.

“(Perbaikannya sudah) Lama sih, sekitar lima atau enam tahun. Tapi ya jalan begini saja, soalnya mobilnya (truk) gede-gede, mobil tanah merah semua,” ucap Masud.

Berdamai dengan keadaan

Dalam kesempatan berbeda, warga sekaligus pengemudi ojek online (ojol) bernama Maruf (50) mengaku sudah terbiasa dengan jalanan di kawasan Dadap yang rusak.

“Iya (terbiasa), apalagi ini trayeknya, jalannya (dilalui) mobil-mobil (truk bermuatan) tanah,” ungkap pria yang sejak lahir sudah bermukim di kawasan Dadap.

Meski masih banyak lubang dan bergelombang, menurut Maruf, kondisi jalanan di kawasan Dadap sudah sangat berubah jika dibandingkan dengan masa lampau.

Baca juga: Saking Seringnya, Warga Terbiasa Lihat Jalan Rusak di Persimpangan Dadap Tangerang

“Iya (dari dulu sudah memang sering berlubang. Ya namanya kawasan industri kayak begini kan, jalannya kan enggak kuat lama. Paling berlubang, nanti ada perbaikan. Gitu saja,” tutur Maruf.

Mengenai debu-debu yang “bergentayangan” di udara dan siap menghinggapi paru-paru manusia, Maruf memastikan bahwa warga setempat tidak ada keluhan soal penyakit.

Ia menyebutkan, masyarakat Dadap sudah terbiasa sehari-hari hidup berdampingan dengan debu.

“Karena sudah kebiasaan, jadi kayaknya, biasa saja. Jadi, enggak ada keluhan dari ini (penyakit). Paling ya keluhan dari masyarakat, rumahnya pada kotor, debu-debu. Kalau soal penyakit, kayaknya hampir enggak kedengeran,” imbuh Maruf.

Baca juga: PT KAI Tambah Kereta Tujuan Garut dan Banjar dari Stasiun Gambir, Harga Tiket Mulai Rp 156.000

“Iya (hidup berdampingan), dari pembangunan kawasan pergudangan sampai pembangunan pantai indah kapuk, sampai sekarang ini, kayaknya sudah biasa saja. Jadi, keluhan masyarakat, 'Jalannya dibenerin', ya dibenerin. Ya enggak kayak dulu, sekarang lebih enak,” lanjutnya dengan santai.

Bahkan, Maruf sudah memaklumi dengan truk-truk yang menjadi biang kerok penyebab jalanan menjadi rusak.

“(Penyebabnya) Kendaraan roda empat yang paling berat. Truk tanah. Namanya kawasan industri, bagaimana sih? Mobilnya enggak ada yang kecil, kontainer, muatannya berton-ton,” kata dia.

Berharap rapi dan bagus

Meski begitu, Masud dan Mafur memiliki harapan yang sama. Mereka menginginkan jalanan di kawasan Dadap menjadi rapi dan bagus.

“Ya harapan sebagai warga, ya jalan rapi, bersih, enggak kayak sekarang ini. Semua orang kan pasti penginnya kayak gitu. Ya harapan. (Tapi) ya ini kan hanya harapan warga. Tapi, yang berwenang dari pemerintah,” pungkas Maruf.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Seorang Wanita Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Seorang Wanita Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Megapolitan
Sempat Ditutup Pengelola Mal, Jalan Tembus Menuju Pasar Jambu Dua Dibuka Pemkot Bogor

Sempat Ditutup Pengelola Mal, Jalan Tembus Menuju Pasar Jambu Dua Dibuka Pemkot Bogor

Megapolitan
Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Jukir Liar Minimarket: RW yang 'Nanggung'

Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Jukir Liar Minimarket: RW yang "Nanggung"

Megapolitan
Dianggap Mengganggu Warga, Restoran di Kebon Jeruk Ditutup Paksa Pemilik Lahan

Dianggap Mengganggu Warga, Restoran di Kebon Jeruk Ditutup Paksa Pemilik Lahan

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Jemaah Haji Asal Bogor Diimbau Waspada dan Jaga Kesehatan

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Jemaah Haji Asal Bogor Diimbau Waspada dan Jaga Kesehatan

Megapolitan
Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setor ke RW

Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setor ke RW

Megapolitan
Aturan Walkot Depok, Dishub Wajib Rilis Surat Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Aturan Walkot Depok, Dishub Wajib Rilis Surat Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Penyelenggara 'Study Tour' di Depok Diimbau Ajukan Permohonan 'Ramp Check' Kendaraan ke Dishub

Penyelenggara "Study Tour" di Depok Diimbau Ajukan Permohonan "Ramp Check" Kendaraan ke Dishub

Megapolitan
KNKT Telusuri Lisensi Pilot Pesawat Tecnam P2006T yang Jatuh di Tangsel

KNKT Telusuri Lisensi Pilot Pesawat Tecnam P2006T yang Jatuh di Tangsel

Megapolitan
KNKT Sebut Pesawat Jatuh di Tangsel Statusnya Bukan Pesawat Latih, tapi Milik Perseorangan

KNKT Sebut Pesawat Jatuh di Tangsel Statusnya Bukan Pesawat Latih, tapi Milik Perseorangan

Megapolitan
Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Diambil dari RS Polri, Kini Dibawa Keluarga Menuju Rumah Duka

Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Diambil dari RS Polri, Kini Dibawa Keluarga Menuju Rumah Duka

Megapolitan
948 Calon Jemaah Haji Asal Kota Bogor Diberangkatkan pada Musim Haji 2024

948 Calon Jemaah Haji Asal Kota Bogor Diberangkatkan pada Musim Haji 2024

Megapolitan
Casis Bintara yang Dibegal di Kebon Jeruk Dapat Hadiah Motor Baru

Casis Bintara yang Dibegal di Kebon Jeruk Dapat Hadiah Motor Baru

Megapolitan
Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Tangsel Utuh, RS Polri: Kematian Disebabkan Benturan

Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Tangsel Utuh, RS Polri: Kematian Disebabkan Benturan

Megapolitan
Jasad Wanita di Selokan Bekasi, Polisi Masih Dalami Dugaan Korban Hamil

Jasad Wanita di Selokan Bekasi, Polisi Masih Dalami Dugaan Korban Hamil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com