“Kita rutenya dari Tegal, masuk Cipali, Grogol, Cengkareng, Kamal Muara, Dadap. Terus, ngetem. Kalau enggak ada penumpang, ya kayak begini, nge-pool, enggak pulang,” ujar Anto.
“Ya kalau misalnya cuma dapat dua atau tiga penumpang bagaimana? Entar pengurusnya enggak berani nombok. Ya syukur-syukur ada 10 lebih, bisa pulang. Kalau penumpangan cuma dua atau tiga, ya di sini lagi. Iya, enggak (pulang),” lanjutnya.
Jika mendapatkan penumpang banyak, mereka langsung bergegas. Tugas Anto sama seperti di Terminal Tegal, melakukan pengecekan. Jika ada penumpang di tengah jalan, ia mengambil uang lalu memberikan kepada sopir.
Setiba di Terminal Tegal, Anto harus merapikan bus. Ia memungut sampah penumpang yang tersisa dan menyapu sampai bersih. Setelahnya, dia baru bisa menerima upah dalam satu kali perjalan pulang dan pergi.
Tetapi, tugas Anto tidak sampai situ saja. Saat matahari terbit, ia harus mencuci bus sebelum akhirnya digunakan oleh sopir lain.
“Waktu baru-baru jadi kernet, ya semangat. Setelah narik, sampai Terminal 03.00 WIB, langsung nyuci saya. Tapi lama-lama saya kena penyakit, keluar darah. Saking capeknya kali ya. Pas diperiksa, kecapean katanya,” imbuh Anto.
“Saya berpikir, ya karena besoknya libur, mending cuci pagi saja. Kan enak, soalnya sudah tidur. Kira-kira jam 08.00 WIB. Nanti jam 12.00 WIB sudah bersih semua. Besoknya lagi, ngetem lagi (di Terminal Tegal),” tambahnya.
Anto yang rumahnya tidak jauh dari Terminal Tegal itu berujar, ia bisa saja membayar orang untuk mencuci bus. Kendati demikian, hal tersebut tergantung upah yang diterima dari sang sopir.
“Kalau bayarannya sampai Rp 300.000, buat cuci Rp 50.000, ya masih sisa Rp 250.000, mending, masih menutup (kebutuhan sehari-hari). Nah, sekarang Rp 150.000, buat bini Rp 130.000, Rp 20.000 itu buat ngopi dan ngerokok, ya habis. Besoknya kayak gitu,” pungkas Anto.
Baca juga: Keseharian Lukman Sopir Bus AKAP, Jarang Ketemu Anak-Istri karena Lebih Banyak di Jalan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.