BEKASI, KOMPAS.com - Pengusaha warung tegal (warteg) di Kota Bekasi saat ini berada dalam kondisi cukup dilematis setelah harga bahan pokok terus melonjak.
Pengeluaran mereka semakin besar. Namun, jika menaikkan harga masakan, mereka khawatir para pelanggan malah kabur.
"Ya serba bingung ya kalau kita naikkin takutnya kemahalan gitu, kan takutnya kurang laku," kata Lina (42) pengusaha warteg di Jalan Pangeran Jayakarta, Kota Bekasi, Kamis (22/2/2024).
Menurut Lina, lonjakan harga bahan pokok, terutama beras, membuat dia dilema antara menaikkan harga dagangannya atau cukup memotong keuntungan.
"Iya (dilema) paling harga tetap, nasi dikurangin sedikit. Untungnya enggak ada komplain, kalau misalkan nasinya kurang nambah lagi setengah porsi," kata Lina.
Kondisi dilematis ini juga dirasakan Winarsih (25), yang membuka usaha di Jalan Kalibaru Timur, Kota Bekasi.
Winarsih enggan menaikkan harga menunya mengikuti pengeluaran yang besar karena lonjakan semua bahan baku.
"Enggak diturunin kualitasnya, nanti enggak enak buat makan, terus bisa ngurangin pelanggan juga," ucap Winarsih.
Baca juga: Beras Mahal, Pengusaha Warteg Menjerit karena Keuntungan Menipis
Alhasil karena keputusan itu, pendapatan Winarsih pun menurun. Biasanya, omzet kotornya sehari mendapat Rp 1,5 juta sebelum harga kebutuhan naik.
"Selisihnya bisa sampai Rp 300.000 tadinya Rp 1,8 juta turun jadi Rp 1,5 juta, itu kotor sehari," ungkapnya.
Sebagai pedagang, Winarsih berharap pemerintah dapat segera mengatasi permasalahan tersebut.
"Harapannya biar harga sembako bisa turun, sayuran turun, jadi enak jualannya," harap Winarsih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.