"Sudah biasa jalan ke depan sana untuk naik transjakarta. Kurang lebih sudah tiga bulan selama kerja," kata Dewi di lokasi.
Dewi mengaku takut terserempet mobil karena sempitnya jalan dan tak ada trotoar bagi pejalan kaki.
"Sebenarnya takut terserempet karena jarak antara kendaraan yang lewat dan pejalan kaki sangat dekat," tutur dia.
Baca juga: Trotoar Jalan Dewi Sartika Bogor Dipenuhi PKL, Pejalan Kaki Harus Mepet ke Bahu Jalan
Dewi meminta agar lintasan pejalan kaki bisa lebih luas daripada yang sebelumnya.
Hal itu membuat lebih nyaman para pekerja yang jalan kaki melintasi kawasan ini.
"Ya bisa lebih luas gitu, ada jarak dan pembatas bagi pejalan kaki," kata dia.
Selain itu, sempitnya jalur pedesterian juga berisiko muncul tindakan kriminal.
"Nah, itu juga saya takut. Karena ngebut kan mobil dan motor, bisa jadi ada jambret," sahut Dewi.
Senada, pekerja lain bernama Nurul (26) meminta dibangun trotoar yang memisahkan antara pejalan kaki dan kendaraan di Jalan Arjuna Utara.
"Kalau bisa ada pembatas juga ya, trotoar dan pembatas. Agak takut kalau sampai terserempet mobil atau motor yang ngebut," ujar dia.
Baca juga: Trotoar Jalan Dewi Sartika Bogor Dikuasai PKL, Pejalan Kaki: Saya Harus Terbang?
Pekerja lainnya, Riswan (61), juga menginginkan hal sama.
Kata dia, resiko dijambret dan terserempet kendaraan jadi momok baginya saat berjalan di pinggir kawasan ini.
"Itu takut juga saya. Mau jalan pelan salah, mau kencang takut tersandung," ujar dia.
Apalagi, banyak penutup selokan yang longgar sehingga rentan apabila diinjak pejalan kaki.
"Banyak penutup saluran yang kendor juga kan, kalau salah langkah bahaya," imbuh Riswan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.