Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Patricia, Sukarela Dampingi Anak Tengkes meski Dibayar Seadanya

Kompas.com - 08/03/2024, 23:30 WIB
Zintan Prihatini,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Patricia Sri Maryanti sukarela menjadi Tim Pendamping Keluarga (TPK) Kader KB Kelurahan Pringgokusuman, Gedongtengen, Yogyakarta. Padahal, bayarannya tak sampai Rp 200.000 per bulan.

Alasannya, Patricia ingin membantu anak-anak pengidap tengkes alias stunting di wilayahnya.

"Saya kebetulan jadi kader posyandu sejak tahun '90-an. Kemudian, sampai sekarang ada program (penurunan) stunting seperti itu, ya tergerak untuk mendampingi," ungkap Patricia saat ditemui dalam acara BKKBN bertajuk Strategi Indonesia Turunkan Stunting, Jumat (8/3/2024). 

Baca juga: Turunkan Angka Stunting di NTT, Dexa Gelar Edukasi untuk Ratusan Bidan

Dalam satu bulan, insentif yang didapatkannya tidak menentu. Patricia tidak ingat jumlah pastinya.

"Untuk insentif yang (diterima) masing-masing sekitar Rp 188.000, mungkin Rp 200.000 tetapi kena Pph. Kami enggak pernah menghitung, jadi ketika ada laporan (soal bayaran) diambil," kata dia.

Patricia mengaku tak merasa merugi, meskipun bayarannya tak besar. Sebab baginya, bayaran itu merupakan rezeki yang patut disyukuri.

"Kalau tidak mendapatkan, ya tetap kami bekerja. Kayak kader posyandu enggak dapat apa-apa, tetapi kami lakukan setiap bulan," ucap Patricia. 

Baca juga: 4 Anak Stunting di Pringgokusuman Yogyakarta Konsumsi Air Mengandung Bakteri E.coli

"Kalau misalnya ada anak yang enggan datang, kami tanyakan ini 'kok belum datang?' ada yang datang ke rumahnya. Kami jemput bola," imbuh dia.

Menurutnya, kesulitan pencegahan stunting sejak dini ialah orangtua yang menolak menerima pemberian makanan tambahan atau PMT. Kebanyakan, mereka beralasan sang anak tidak mau memakan PMT.

"Belum tentu PMT yang mereka ambil itu disuapkan ke anak. Jadi, habis atau enggak kami enggak tahu karena tidak menunggu saat PMT diberikan ke anak," ujar dia. 

Alhasil, para TPK memutar otak dengan menyesuaikan makanan dengan selera anak. 

Baca juga: BKKBN Soroti Keberhasilan Kabupaten Kampar Turunkan Stunting Hampir 20 Persen dalam 4 Tahun

 

Anak stunting konsumsi air tak laik

Sementara itu, TPK Kader KB Kelurahan Pringgokusuman mencatat empat anak stunting di wilayahnya mengonsumsi air mengandung bakteri escherichia coli atau E.coli.

Hal ini diketahui usai petugas puskesmas memeriksa air yang dikonsumsi anak berusia di bawah dua tahun pengidap stunting.

"Kalau yang airnya diperiksa memang yang menjadi sasaran stunting. Tetapi, hampir keseluruhan di wilayah Kelurahan Pringgokusuman memang airnya kotor, tercemar bakteri E.coli karena sudah ada pemeriksaan dari puskesmas," ujar Patricia.

Disinyalir, air yang tercemar itu ikut menjadi faktor penyebab anak terkena stunting.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Temui Heru Budi di Balai Kota, Ahmed Zaki Pastikan Bukan Bahas Isu Pilkada DKI 2024

Temui Heru Budi di Balai Kota, Ahmed Zaki Pastikan Bukan Bahas Isu Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Warga Tangkap Pria yang Diduga Tusuk Perempuan di Bogor

Warga Tangkap Pria yang Diduga Tusuk Perempuan di Bogor

Megapolitan
Pemprov DKI Tertibkan 15 Rumah Kumuh di Tanah Tinggi, Direnovasi Jadi Tipe 36

Pemprov DKI Tertibkan 15 Rumah Kumuh di Tanah Tinggi, Direnovasi Jadi Tipe 36

Megapolitan
Ungkap Peredaran Sabu di Tebet, Polisi Selidiki Kemungkinan Asal Narkoba dari Kampung Bahari

Ungkap Peredaran Sabu di Tebet, Polisi Selidiki Kemungkinan Asal Narkoba dari Kampung Bahari

Megapolitan
Heru Budi Pastikan Pasien TBC yang Bukan KTP DKI Bisa Berobat di Jakarta

Heru Budi Pastikan Pasien TBC yang Bukan KTP DKI Bisa Berobat di Jakarta

Megapolitan
Warga Bekasi Tertabrak Kereta di Pelintasan Bungur Kemayoran

Warga Bekasi Tertabrak Kereta di Pelintasan Bungur Kemayoran

Megapolitan
Faktor Ekonomi Jadi Alasan Pria 50 Tahun di Jaksel Nekat Edarkan Narkoba

Faktor Ekonomi Jadi Alasan Pria 50 Tahun di Jaksel Nekat Edarkan Narkoba

Megapolitan
Keluarga Taruna yang Tewas Dianiaya Senior Minta STIP Ditutup

Keluarga Taruna yang Tewas Dianiaya Senior Minta STIP Ditutup

Megapolitan
UU DKJ Amanatkan 5 Persen APBD untuk Kelurahan, Heru Budi Singgung Penanganan TBC

UU DKJ Amanatkan 5 Persen APBD untuk Kelurahan, Heru Budi Singgung Penanganan TBC

Megapolitan
Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Megapolitan
Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Megapolitan
KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com