Demi memenuhi kebetuhan setiap harinya, Thohir tidak keberatan untuk mencari pekerjaan lain.
"Saya mau saja full bekerja di sini, tapi dengan upah marbut yang cuma Rp 700.000/bulan, kan saya dan istri butuh makan," ucap Thohir.
Upah bulanan marbut digunakan Thohir untuk membayar tagihan kontrakan rumah sekirar Rp 600.000.
"Uang upah kan cuma buat tagihan rumah, gimana nikmatin buat makan. Jadi ya itu, tukang antar anak tetangga jadi alternatif demi menyambung hidup," kata Thohir.
Meskipun begitu, Thohir mensyukuri pekerjaannya, terlebih karena kondisi kesehatannya yang sudah membaik.
"Saya memang diajak jadi marbut, tapi selain itu juga karena nawaitu (niat) saya juga, kebetulan marbut di sini enggak ada yang betah, tapi alasannya juga enggak gitu tahu," ujar Thohir.
"Saat ini saya juga sudah enggak ada kegiatan, apa salahnya mengabdi kepada rumah Allah, eh ternyata bisa keterusan sampai sekarang jadinya," tambahnya.
Baca juga: Soal Gaji Marbut Masjid, Tamin: Alhamdulillah, yang Penting Bersyukur
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.