Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dwi, Porter Stasiun Gambir yang Sering Tak Dapat Pelanggan karena Dianggap Sudah Tua

Kompas.com - 08/04/2024, 09:13 WIB
Xena Olivia,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dwi Koranto (59) telah menjadi porter sejak tahun 1993 di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. 

Profesi yang telah dijalankannya selama 30 tahun itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri baginya.

Meski pendapatannya tak menentu, ia bersyukur bisa membantu para perantau, sekaligus menafkahi keluarganya.

"Kadang bawa uang Rp 200.000-lah sampai rumah,” kata Dwi saat diwawancarai Kompas.com, Jumat (5/4/2024). 

Baca juga: Curhat Porter Lansia di Bakauheni, Pemudik Ramai tapi Tak Ada yang Mau Dibawakan Barangnya

Menjelang masa angkutan Lebaran tahun ini, Dwi baru merasakan peningkatan penumpang sejak seminggu terakhir.

Biasanya dia stand by di tengah area keberangkatan untuk menawarkan jasanya kepada para pemudik.

Namun, ada kalanya calon penumpang kereta api urung menitipkan barang bawaan kepada ayah empat anak itu karena fisiknya yang sudah menua.

"Enggak sakit hati (kalau penumpang enggak jadi pakai jasa). Saya mah sudah ikhlas. Tapi alhamdulillah masih kuat, kesehatan saja saya, mah," tutur Dwi.

Bagi dia, hal yang paling berkesan sebagai porter adalah bagaimana ia bisa membantu keluarga yang hendak pulang ke kampung halaman. 

Baca juga: Petugas Porter Bukan Pegawai KAI, Berapa Tarifnya?

Memang tak selalu ramai, tapi ia mensyukuri momen-momen ketika suasana di stasiun banyak penumpang.

"Kalau lagi sepi, sepi. Kalau lagi ramai, alhamdulillah," celetuk dia.

Pria yang berdomisili di Depok, Jawa Barat, itu berangkat kerja dua hari sekali. Biasanya ia berangkat dari Stasiun Depok menuju Stasiun Gondangdia. Lalu, tiba di Stasiun Gambir menggunakan bajaj.

"Kalau yang lain dari pukul 08.00 WIB sampai 20.00 WIB. Saya dari 09.30 WIB, setelah maghrib sudah pulang. Jadi lebih fleksibel," papar Dwi. 

Baca juga: Gelar Buka Puasa Bersama, KAI Services Ajak Porter Coba Hidangan “Restaurant on Train”

Karena usianya yang sudah lanjut, anak-anak sebenarnya telah memintanya untuk berhenti bekerja dan beristirahat.

Apalagi, apabila sedang tak bekerja sebagai porter, Dwi suka menawarkan jasanya menjadi ojek ke depan gang di rumahnya.

Kendati demikian, semangat Dwi tak terkalahkan oleh fisiknya yang relatif kecil dan ramping.

"Sebagai kepala keluarga, saya enggak mau bebanin orang selama masih mampu. Itu prinsip saya, kalau masih bisa menghasilkan, kenapa enggak?" imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ingin Gabung Jaklingko, Para Sopir Angkot di Jakut Desak Heru Budi Tanda Tangani SK

Ingin Gabung Jaklingko, Para Sopir Angkot di Jakut Desak Heru Budi Tanda Tangani SK

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Terobsesi Jadi Anggota Polri, tapi Gagal Lolos Saat Tes

Polisi Gadungan di Jaktim Terobsesi Jadi Anggota Polri, tapi Gagal Lolos Saat Tes

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Anak Bersetubuh dengan Pacar untuk Kepuasan Diri

Ibu di Jaktim Rekam Anak Bersetubuh dengan Pacar untuk Kepuasan Diri

Megapolitan
Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua Dibuka, Dirut PPJ: Pedagang dan Warga Senang

Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua Dibuka, Dirut PPJ: Pedagang dan Warga Senang

Megapolitan
Siswi SLB di Jakbar Diduga Dicabuli Teman Sekelas hingga Hamil

Siswi SLB di Jakbar Diduga Dicabuli Teman Sekelas hingga Hamil

Megapolitan
Frustrasi Dijauhi Teman Picu Siswa SMP Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Frustrasi Dijauhi Teman Picu Siswa SMP Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Ulah Polisi Gadungan di Jaktim, Raup Jutaan Rupiah dari Hasil Memalak Warga dan Positif Narkoba

Ulah Polisi Gadungan di Jaktim, Raup Jutaan Rupiah dari Hasil Memalak Warga dan Positif Narkoba

Megapolitan
Jukir Liar Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Pengamat: Itu Lahan Basah dan Ladang Cuan bagi Kelompok Tertentu

Jukir Liar Muncul Lagi Usai Ditertibkan, Pengamat: Itu Lahan Basah dan Ladang Cuan bagi Kelompok Tertentu

Megapolitan
Darurat Pengelolaan Sampah, Anggota DPRD DKI Dukung Pemprov Bikin 'Pulau Sampah' di Jakarta

Darurat Pengelolaan Sampah, Anggota DPRD DKI Dukung Pemprov Bikin "Pulau Sampah" di Jakarta

Megapolitan
Peringatan Pemkot Bogor ke Pengelola Mal, Minta Tembusan Pasar Jambu Dua Tidak Ditutup Lagi

Peringatan Pemkot Bogor ke Pengelola Mal, Minta Tembusan Pasar Jambu Dua Tidak Ditutup Lagi

Megapolitan
Polisi Tangkap Maling Motor Bersenpi Rakitan di Bekasi, 1 Orang Buron

Polisi Tangkap Maling Motor Bersenpi Rakitan di Bekasi, 1 Orang Buron

Megapolitan
Pemkot Bogor Buka Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua, Pengelola Mal: Bukan Jalan Umum

Pemkot Bogor Buka Akses Jalan Tembusan Pasar Jambu Dua, Pengelola Mal: Bukan Jalan Umum

Megapolitan
Penumpang Lebih Pilih Naik Jaklingko, Sopir Angkot di Jakut Selalu 'Nombok' Setoran

Penumpang Lebih Pilih Naik Jaklingko, Sopir Angkot di Jakut Selalu "Nombok" Setoran

Megapolitan
Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Terungkapnya Polisi Gadungan di Jakarta, Berawal dari Kasus Narkoba

Megapolitan
Ketika Siswa SMP di Jaksel Nekat Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Frustrasi Dijauhi Teman...

Ketika Siswa SMP di Jaksel Nekat Melompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Frustrasi Dijauhi Teman...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com