Keesokan harinya, hasil otopsi diungkap.
Putu menderita luka memar di beberapa bagian tubuh, yakni mulut, lengan, dada, bibir, hingga organ dalam.
"Secara umum didapatkan berupa memar pada mulut, lengan atas dan dada, luka lecet di bibir, memar pada paru, dan perbendungan organ dalam," tutur Kepala Rumah Sakit (Karumkit) RS Polri Kramat Jati Brigjen (Pol) Hariyanto saat dikonfirmasi, Sabtu (4/5/2024).
Baca juga: Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta
Sementara itu, Kapolres Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan mengungkapkan, penyebab utama tewasnya Putu bukan karena pemukulan.
“Ternyata yang menyebabkan hilangnya nyawa korban yang paling utama adalah ketika dilaksanakan upaya-upaya yang menurut tersangka merupakan penyelamatan,” ujar dia.
Kata Gidion, setelah melakukan pemukulan, pelaku justru menutup jalur pernapasan korban.
Tindakan itu diklaim Tegar sebagai upaya untuk menyelamatkan korban.
Namun, yang terjadi, korban justru tidak bisa menghirup oksigen dan kehabisan napas.
“Menurut tersangka nih ya, dia memasukkan tangan di mulut (korban) untuk menarik lidah korban. Tapi, itu justru yang menutup saluran (pernapasan) dan korban meninggal dunia,” tutur Gidion.
Baca juga: Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi
Berdasarkan keterangan dari puluhan saksi dan sederet bukti yang dikumpulkan, polisi menetapkan Tegar sebagai tersangka pembunuhan juniornya.
Hingga saat ini, hanya ada satu tersangka dalam kasus tersebut.
“Dari 36 saksi yang telah kami periksa, rekaman CCTV, dan barang bukti yang ada, tersangka mengerucut kepada Tegar. Dia tersangka tunggal,” kata Gidion.
Motif penganiayaan yang dilakukan Tegar terhadap Putu karena arogansinya sebagai senior.
“Motifnya ya itu, kehidupan senioritas. Jadi mungkin tumbuh rasa arogansi,” kata dia.
Polisi menyebut, senioritas itu tampak sebelum peristiwa pemukulan terjadi.
Baca juga: Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru