Setelahnya, mereka mengabadikan momen tepat di depan pintu masuk wahana ombak banyu. Ayah mencium pipi kanan anak dan ibu mencium pipi kiri anak.
Baca juga: Renungan Pengayun Ombak Banyu di Balik Keceriaan Keluarga Pengunjung Pasar Malam
Sambil menunggu antrean wahana yang mengular, mereka membeli kudapan yang tersedia di pasar malam. Sang anak tinggal tunjuk, dan ayah langsung mengeluarkan uang.
Melihat potret "keluarga cemara" di pasar malam ternyata membuat Joni dan Ipung turut senang.
Namun, Joni terkadang tidak bisa menyembunyikan rasa sedih sebelum dia terlelap dari tidurnya. Dia pun merenung sekali waktu.
“Cuma, ya kalau buat kita pribadi, ya... gimana ya.. ‘Kok masa kecil saya enggak begitu’. Kita malah iba sama diri kita sendiri. 'Kok kecil saya enggak begitu ya?', gitu,” ucap Joni.
Perasaan itu mereka nilai sangat wajar, mengingat para pekerja di pasar malam tumbuh besar dengan ekonomi berkecukupan.
Tangis dan rindu akan keluarga yang berada di kampung halaman terpaksa mereka tahan demi mengais sesuap nasi di tanah rantau.
Oleh karena itu, setiap Hari Raya Lebaran, mereka memilih untuk tidak pulang ke kampung halaman. Sebab, momen tersebut justru banyak keluarga yang mengunjungi pasar malam.
“Yang seharusnya kita di rumah bareng sama keluarga, cuma kita memanfaatkan momen itu benar-benar kita cari duit. Ya dalam hati mah nangis, pengin kumpul,” kata Ipung.
“Sebenarnya mah kita pengin kayak yang lain, kumpul keluarga, pengin. Cuma kita memanfaatkan momen itu untuk mendapatkan rupiah,” sahut Joni.
Meski begitu, di sela-sela pekerjaan, keduanya tetap melepas rindu dengan keluarga masing-masing melalui panggilan video.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.