JAKARTA, KOMPAS.com - Minat Suwito (57) pada seni lukis muncul sedari usia dini. Ketertarikan itulah yang membuat pria asal Boyolali, Jawa Tengah ini konsisten menggeluti dunia seni lukis selama puluhan tahun.
Dengan logat Jawa kentalnya, Suwito bercerita, dirinya mulai menggemari seni lukis sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD).
"Istilah orang sekarang mungkin passion-nya kali ya," kata pria yang akrab disapa Mas Wit ini saat ditemui ruko miliknya di Jalan Gunung Sahari V, Jakarta Pusat, Rabu (19/6/2024).
Sejak SD hingga duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Suwito kerap mengikuti lomba lukis dan menyabet gelar juara.
Saat itu, jerih payahnya dalam lomba diganjar sepaket buku tulis dan kotak pulpen. Meski sederhana, hadiah itulah yang membuat Suwito semakin terpacu menggeluti dunia lukis.
"Itu tiap acara 17 Agustus saya ikut, saya pasti juara. Di sekolah, di tingkat desa, di situ saya merasa, kayaknya saya punya bakat di bidang seni rupa," ungkap Suwito.
Baca juga: Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak
Yakin dirinya punya bakat di bidang seni lukis, Suwito pun bertekad untuk menjadi seniman profesional. Meski begitu, ia tak pernah menempuh pendidikan seni secara khusus.
"Saya tahu, orangtua dan keluarga tahu saya punya bakat melukis, tapi saya enggak ada kesempatan belajar di akademi," tambahnya.
Berbekal tekad, Suwito merantau ke Jakarta. Di ibu kota, ia berharap mendapat kesempatan lebih luas dan bisa menimba ilmu lukis dari para seniman senior.
Namun, menjadi seniman lukis tak semudah membalikkan telapak tangan. Sesampainya di Jakarta, Suwito justru bekerja sebagai penghias cinderamata.
"Tahun 1990 itu saya pernah kerja dengan salah satu perusahaan Belanda untuk melukis semacam souvenir," tutur Suwito.
Namun, Suwito mengatakan, upahnya sebagai penghias cinderamata saat itu kerap terlambat dibayarkan.
"Saya punya keluarga, anak dan istri. Kalau kami harus menunggu gajian hingga tiga bulan (cukup sulit). Saya ingat banget, bon warung saya sampai panjang banget," ungkap Suwito.
Akhirnya, ia memutuskan berhenti. Suwito nekat menjadi seniman jalanan di Pasar Baru, Jakarta Pusat, bergabung dengan para seniman lainnya.
"Saya memutuskan, sudahlah, saya terinspirasi dari teman-teman di Malioboro, kayaknya aku coba nyemplung nih di Pasar Baru," terang Suwito.
Selain jadi seniman jalanan Pasar Baru, Suwito juga bergabung sebagai seniman jalanan di Pasar Seni Ancol hingga tahun 2000-an.
"Di sana (Pasar Seni Ancol), saya sambil belajar (melukis), akhirnya mutusin mangkal di Pasar Baru karena ada komunitas seniman jalanan ya, di situ saya masuk," lanjut Suwito
Baca juga: Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...
Puluhan tahun menggeluti seni lukis, Suwito kini memiliki galeri lukis sederhana di Jalan Gunung Sahari V, Jakarta Pusat.
Di ruko tersebutlah Suwito menorehkan karya. Di ruko itu pula, Suwito menjajakan lukisannya.
Saat Kompas.com berkunjung, ruko tersebut dihiasi oleh banyak lukisan. Suwito pun tengah asyik menorehkan cat menggunakan kuas di atas kanvas.
Suwito menuturkan, gaya bebas menjadi ciri khas lukisannya.
"Saya melayani lukisan potret, karikatur, ya untuk bingkisan, ucapan juga melayani. Berarti saya pelukis realis," ucap Suwito sambil menunjuk beberapa lukisan miliknya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.