Daryo (29), sopir angkutan perkotaan (angkot) jurusan Tanah Abang-Kebayoran Lama, langsung meminta ongkos lebih saat penumpang turun dari angkotnya, Sabtu (22/6). ”Naik dari Slipi, kan? Kurang Rp 1.000,” kata Daryo saat seorang penumpang yang turun di Pasar Tanah Abang menyerahkan selembar pecahan Rp 2.000.
”Berapa, Bang?” tanya penumpang lain kepada Daryo saat turun di Pasar Tanah Abang. ”Dari Rumah Sakit Medika, kan? Rp 5.000,” ujar Daryo.
Sebelum kenaikan harga BBM bersubsidi, tarif dari RS Medika Permata Hijau ke Tanah Abang Rp 4.000. Kini tarifnya disamakan dengan dari Pasar Kebayoran Lama ke Pasar Tanah Abang. ”Premium naik Rp 2.000. Seharusnya ongkos penumpang juga naik Rp 2.000, tetapi kalau naiknya segitu pasti banyak orang yang enggak mau naik angkot,” ujar Daryo.
Daryo mengatakan harus menaikkan tarif karena setoran harian kepada pemilik angkot sudah naik. ”Kemarin setorannya Rp 140.000, sekarang menjadi Rp 160.000,” katanya.
Alasan pemilik angkot, biaya servis kendaraan juga naik. ”Kata bos, harga oli dan onderdil kendaraan pada naik. Oli mesin 5 liter naik dari Rp 95.000 menjadi Rp 118.000,” ujarnya.
Hal yang sama dilakukan M Hilal (50), sopir angkot jurusan Tanah Abang-Kebayoran Lama. Hilal mengaku menaikkan tarif penumpang karena menyesuaikan dengan tarif yang dipatok sopir-sopir yang lain.
”Teman-teman bilang ongkosnya naik Rp 1.000, saya sih ikut saja. Saya mau tidak mau harus menaikkan ongkos karena setoran ke bos sudah naik. Kalau kemarin setorannya Rp 120.000, sekarang naik jadi Rp 130.000,” ujar Hilal.
Bila tarif tidak dinaikkan, beban hidup sopir akan semakin berat. ”Setiap hari kami harus kejar setoran. Apalagi, sekarang ini harga barang kebutuhan sehari-hari sudah pada naik,” ujar Hilal.
Bingung
Hal serupa dirasakan Uli (21), sopir angkot jurusan Pademangan-Tanah Pasir. Ia mengaku bingung. Di satu sisi, pemilik kendaraan meminta Uli menaikkan tarif. Namun, di sisi lain, sopir lainnya belum mau menaikkan tarif.
”Teman-teman saya masih belum mau menaikkan harga karena takut kehilangan penumpang. Sekarang saja sudah sepi, apalagi kalau harganya kami naikkan,” ucapnya.
Kegelisahan Uli cukup beralasan. Pasalnya, ia mendengar kabar pemilik mobil akan menaikkan setoran sewa. ”Katanya, karena harga onderdil sudah mulai naik, setoran juga mau dinaikkan dari Rp 140.000 menjadi Rp 150.000. Dulu Rp 10.000 bisa disimpan, sekarang justru harus disetorkan,” ujarnya.
Pengertian penumpang
Tidak semua sopir angkutan umum menaikkan tarif. Yusmin (55), pengemudi metromini jurusan Joglo-Blok M, misalnya. Kakek tiga cucu ini masih mengenakan tarif Rp 2.000 kepada setiap penumpang. ”Dengar-dengar beberapa teman sudah mulai menaikkan tarif menjadi Rp 2.500-Rp 3.000. Saya cuma mengandalkan pengertian dari penumpang,” ujarnya.
Penumpang yang memberi uang Rp 2.000 ia terima, yang memberi lebih ia balas dengan ucapan terima kasih. Siang itu, Yusmin menerima langsung uang yang diserahkan para penumpang. Sudah Tiga hari tak ada kernet bus sedang.