Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penumpang KRL Masih Bingung Gunakan "E-Ticketing"

Kompas.com - 17/07/2013, 10:19 WIB
Sonya Suswanti

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Memasuki hari ke-17, masih ada pengguna e-ticketing commuter line yang kebingungan. Mereka juga malas mengantre keluar melalui pintu yang seharusnya.

Sejak pemberlakuan tarif progresif dan e-ticketing, penumpang komuter meningkat dari sekitar 3.400 orang, menjadi 5.800 orang per hari. Sayangnya, membeludaknya penumpang kurang diantisipasi PT KAI.

Misalnya saja di Stasiun Kebayoran Lama, Jakarta. Jumlah pintu keluar stasiun tidak memadai sehingga penumpang harus berdesak-desakan mengantre keluar. Jika ada yang malas mengantre, maka mereka keluar melalui jalur "tikus" yang memang masih bolong.

Ahmad Sujadi (31), penjaga portal e-ticketing Stasiun Kebayoran Lama, mengatakan, antrean penumpang keluar stasiun terjadi karena mereka harus memasukkan kartu tiket single trip ke dalam mesin. Sementara itu, seorang petugas yang berjaga di pintu keluar sulit mengawasi, mengingat banyaknya orang.

"Kalau tiketnya kayak gini banyak yang bohongin, enggak ada tulisan tanggal dan tujuannya. Banyak yang curang. Waktu dicek MR (alat pelacak kartu), tampilan harinya ada yang beberapa hari lalu, tujuan stasiunnya juga tidak sesuai," tutur Ahmad, Rabu (17/7/2013).

Untuk mengatasi kecurangan ini, pihak KRL memberikan denda Rp 7.000 atau seharga pembuatan kartu.

Dalam mekanisme taping, masyarakat juga masih banyak yang melakukannya dengan tidak benar. Seharusnya taping dilakukan sebelum menaiki kereta. Jika tidak taping atau taping tidak terbaca mesin, maka mesin akan menolak e-ticket ketika berada di stasiun tujuan.

"Waktu tiket dimasukkin, tiketnya enggak mau masuk. Masalahnya, banyak pengunjung yang masih kebingungan sama e-ticketing. Banyak yang alasannya enggak tahu," ujar Ahmad.

Membeludaknya penumpang juga membuat mereka enggan berada di dalam kereta. Penumpang pria biasanya lebih memilih duduk di atas kereta, dengan alasan tidak berdesak-desakan dan udaranya tidak panas seperti di dalam.

Penertiban sering dilakukan. Namun, penumpang tetap saja melakukan hal yang sama keesokan harinya. Tidak jarang juga penjaga kereta dilempari batu oleh penumpang ketika ditertibkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

Megapolitan
Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com