Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disekap 1,5 Bulan, Berat Badan Ali Turun Drastis

Kompas.com - 20/09/2013, 06:49 WIB

AKARTA, KOMPAS.com --
Disekap dan disiksa selama 1,5 bulan, membuat berat badan Ali Sunan Arifin turun drastis 17 kilogram.

Selama disekap, Ali hanya diberi makan sekali dalam empat hari. Itu pun hanya kerak nasi tanpa lauk dan sayur.

Hingga Kamis (19/9/2013), belum ada keluarga Ali dari Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, yang membesuknya di Polsek Taman Sari, Jakarta Barat. Namun Ali sudah bersyukur karena sudah bisa berkomunikasi melalui telepon dengan istrinya.

Suara istrinya sementara menjadi penghibur dirinya, lantaran selama 1,5 bulan hidup di ruang berukuran 1 x 1 meter di loteng milik PT Banteng Jaya Mandiri (BJM) yang terletak di sebuah Ruko Nomor 120-D, Jalan Hayam Wuruk, Jakarta Barat.
 
"Berat badanku turun 17 kilogram gara-gara disiksa sampai rasanya aku sudah merasa sudah mati. Kalau Mas (Ahmad) Mazani ini beratnya turun 3 kg," ujar Ali Arifin seperti dikutip Tribunnews di Mapolsek Taman Sari, Kamis (19/9/2013) malam.

Pria berusia 49 tahun ini, sangat kangen dengan istri, tiga dan dua cucunya. "Waktu aku telepon, istriku bilang enggak bisa ke sini, karena nunggu cucu," ujarnya lirih.

Ali menceritakan, ia dulunya adalah penjual beli bibit dan jual beli buah. Ia lantas berkenalan dengan Hendra dan kemudian menjadi anak buah Hendra di PT API. Soal utang piutang Rp 500 juta yang dituduhkannya, Ali mengaku tidak tahu.

Sejak pergi 4 Agustus 2013 dari rumahnya di Lubuk Linggau, istrinya tidak tahu ke mana ia pergi. "Aku waktu pergi, bilang pamitnya urusan proyek di Jakarta," jelas Ali Arifin.  

Ali, awalnya bersama Hendra dijemput oleh beberapa orang dari rumahnya. Begitu di dalam mobil, tangan Ali diborgol selama perjalanan dari rumahnya menuju Jakarta.

"Sama grupnya si Hendra saya dipaksa ikut ke sini. Sementara, enam orang lainnya (bagian kelompok pelaku) turun di daerah Bekasi," ujar Ali.

Sesampainya di Jakarta, Ali dipaksa menandatangani surat pernyataan yang mengharuskannya menyerahkan uang Rp 500 juta, yang disebutkan sebagai pencairan untuk proyek dari PT Andalan Global. Arifin lantas menuruti permintaan kelompok orang tersebut lantaran disiksa dan di bawah ancaman todongan pistol dan pisau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com