Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Ajak Makan Siang Penolak Lurah Susan

Kompas.com - 26/09/2013, 17:56 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo akan mengajak makan siang warga yang menolak Lurah Lenteng Agung Susan Jasmine Zulkifli. Ini dilakukan untuk memberikan pengertian kepada warga tentang pemilihan Susan sebagai lurah.

"Minggu depan, warga Lenteng Agung diundang, ya Pak Heru," kata Jokowi kepada Heru Budi Hartono, Kepala Biro Kepala Daerah, Hubungan Luar Negeri DKI, di Balaikota, Jakarta, Kamis (26/9/2013).

Jokowi menegaskan, undangan itu bukan berarti ia mengakomodasi tuntutan warga. Soal penggantian lurah, Jokowi akan menilainya berdasarkan hasil Index Government Survey (IGS) terhadap lurah dan camat yang dilakukan setiap 6 bulan.

"Yang dimediasi soal apa? Kan, kemarin-kemarin sudah ke sini, sudah saya bilang enggak, enggak (dimutasi)," kata Jokowi.

Jokowi menyebutkan, jika IGS yang dihimpun langsung dari masyarakat tentang Susan menunjukkan nilai baik, maka tidak ada alasan baginya untuk merotasi Susan. Namun, jika hasil IGS terhadap Susan menunjukkan sebaliknya,  Jokowi tidak segan-segan untuk melakukan rotasi.

Jokowi mengatakan, makan siang dengan para penentang Susan itu hanya sebagai ajang silaturahim. Jokowi akan memberikan pengertian kepada mereka tentang hasil program lelang jabatan yang telah dilalui Susan dan pegawai negeri sipil lain.

Beberapa waktu lalu, sejumlah warga meminta Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk mengganti Susan Jasmine Zulkifli atas dasar tertentu, bukan lantaran kinerjanya yang tidak memuaskan. Buntut dari ketidakpuasan itu, warga menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Kelurahan Lenteng Agung. Mereka menuntut agar Susan dipindahkan dan diganti dengan yang lebih sesuai.

Dalam beberapa kesempatan, Jokowi menggunakan diplomasi makan siang untuk memecahkan masalah. Ia pernah mengajak makan siang warga Waduk Pluit dan warga Waduk Ria Rio untuk membicarakan relokasi warga ke rumah susun. Cara yang sama juga dilakukan bersama warga Petukangan Selatan yang menuntut ganti rugi yang layak atas pembebasan lahan untuk proyek jalan tol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com