JAKARTA, KOMPAS.com — Proses relokasi pedagang kaki lima (PKL) di wilayah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, masih terkendala oleh keterbatasan kapasitas area relokasi PKL. Sejumlah PKL juga menolak dipindahkan ke tempat baru.
Salah satu pedagang yang menolak relokasi adalah Sanusi (57), pedagang buku di seberang gedung Unit Pasar Besar Kebayoran Lama. Sanusi yang sudah berjualan sejak tahun 1980 itu kecewa terhadap wacana penertiban para PKL di sepanjang Jalan Raya Kebayoran Baru, kolong flyover Jalan Raya Ciledug, dan sekitar gedung Pasar Kebayoran Lama. Menurutnya, keberadaan para PKL tersebut tidak mengganggu aktivitas umum, seperti lalu lintas, pejalan kaki, maupun masalah sampah. Menurut Sanusi, PKL di lokasi itu tidak membuang sampah sembarangan dan justru membersihkan sampah-sampah di sana.
Meski demikian, Sanusi mengakui bahwa beberapa gerobak kayu, lapak gelaran, hingga tenda payung yang didirikan PKL di atas trotoar hingga setengah badan jalan sesekali juga membuat arus lalu lintas menjadi tersendat. "Kita enggak bikin macet, jalanan juga masih bisa dilewatin kendaraan. Soal trotoar juga pejalan kaki masih bisa lewat," katanya sebagaimana dikutip Warta Kota.
Ia mengatakan, posisi lapaknya memang berada di atas trotoar jalan. Namun, ia mengklaim keberadaannya tidak mengganggu pejalan kaki ataupun kendaraan yang melintas. Sanusi mengatakan, jarak antara toko, trotoar, dan gerobak miliknya masih menyisakan ruang satu meter bagi pejalan kaki. Mengenai kemacetan yang biasa terjadi di sepanjang Jalan Raya Kebayoran Lama, ia menuding pedagang buah dan angkutan umum yang kerap ngetem di persimpangan jalan sebagai biang kemacetan.
"Saya enggak setuju pokoknya kalau harus dipindah, bisa-bisa enggak laku. Soalnya pedagang yang di dalam pasar saja keluar," kata warga yang mengontrak di RT 04/05 Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, itu.
Sanusi setuju bila pemerintah hanya menata ataupun memberlakukan retribusi bagi para pedagang di lokasi tersebut. Saat ini, Sanusi bisa bebas berjualan karena tidak dipungut bayaran. Seluruh pelanggannya sudah mengetahui dan biasa membeli berbagai macam buku pelajaran, kamus, ataupun komik di lapaknya. Jika harus pindah, ia khawatir akan kehilangan pelanggan.
Menanggapi permasalahan tersebut, Wali Kota Jakarta Selatan Syamsuddin Noor mengatakan akan tetap menertibkan PKL dalam waktu dekat. Ia mengatakan, keberadaan para PKL tersebut secara langsung mengganggu ketertiban umum.
Meski demikian, Syamsuddin masih mencari solusi tentang rencana relokasi PKL tersebut. Ia berharap relokasi itu juga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup para PKL. Pemkot Jakarta Selatan akan bekerja sama dengan Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Perdagangan DKI Jakarta untuk mencari dan membebaskan lahan relokasi PKL.
Salah satu lokasi yang telah ditetapkan sebagai area relokasi PKL adalah di Jalan Kramat, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Lokasinya tidak jauh dari gedung Pasar Kebayoran Lama dan memiliki luas sekitar 3.188 meter persegi. Tempat itu diperkirakan dapat menampung hingga seribu orang PKL. Relokasi diharapkan bisa dilakukan pada akhir tahun ini.
"Memang sekarang yang masalah itu daya tampungnya yang belum memadai, lahan itu juga masih proses negosiasi. Saya bersama Kadis UMKM mau bertemu sama yang menawarkan lahan, mudah-mudahan bisa lancar," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Suku Dinas UMKM dan Perdagangan Jakarta Selatan Nurjanah mengaku tidak mengetahui jumlah anggaran untuk pembebasan lahan karena merupakan kewenangan dari Dinas UMKMP DKI Jakarta. "Tapi, bisa lebih dari Rp 20 miliar, kan itu juga pakai tim appraisal," kata Nurjanah.
Camat Kebayoran Lama Agus Irwanto mengatakan, area relokasi PKL tersebut kurang memadai untuk menampung semua PKL di Kebayoran Lama. Ia mengatakan, saat ini ada 2.898 orang PKL di Kebayoran Lama. Adapun pasar yang menjadi tujuan relokasi, yakni Pasar Kebayoran Lama, Pasar Cidodol, Pasar Bata Putih, Pasar Santa, dan Pasar Palmerah, masih terbatas daya tampungnya.
"Kita cek Pasar Cidodol hanya punya 84 tempat, Bata Putih 403 tempat, dan PD Pasar Jaya Kebayoran Lama sendiri hanya 64. Untuk Pasar Santa dan Pasar Palmerah belum terdata karena bukan wilayah kita," kata Agus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.