Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wanda Ingatkan Jokowi: Ini Kan APBD, Bukan Uang Bapak Dia

Kompas.com - 27/11/2013, 16:49 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Enam orang anggota DPRD DKI Jakarta menolak kebijakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk menambah penyertaan modal pemerintah dari Rp 2,8 miliar menjadi Rp 250 miliar kepada PD Dharma Jaya. Penolakan itu dilontarkan dalam rapat paripurna pada Rabu (27/11/2013) siang.

Salah satu anggota yang menolak adalah Wanda Hamidah. Anggota DPRD dari Fraksi PAN itu mengatakan, penolakan itu didasarkan oleh dua hal. Pertama, eksekutif hanya melakukan suntikan modal tanpa melakukan perombakan total di manajemennya. Kedua, PD Dharma Jaya tidak memiliki rencana bisnis yang kuat demi menjalankan roda usaha bidang peternakan.

"Tidak ada good will eksekutif untuk menyehatkan BUMD ini. Jika sakit, ya harusnya masuk emergency. Saat raker, saya tanya ini pola penyelamatannya gimana? Penyehatannya kayak apa? tidak pernah bisa dijawab," ujar Wanda seusai rapat paripurna tersebut.

"Lalu, direksi masih PLT (pelaksana tugas). Saya mau lihat apa profil BUMD ini, bussines plan-nya apa, posisi utang berapa, asetnya berapa, tak juga bisa dijelaskan mereka," lanjut Wanda.

Wanda mempertanyakan mengapa eksekutif begitu berani memberikan modal dasar dalam jumlah sangat besar kepada BUMD yang tidak memiliki prospek usaha. Padahal, uang sebesar Rp 250 miliar tersebut adalah milik rakyat. Dia pun menganalogikan eksekutif bagai memberikan cek kosong kepada PD Dharma Jaya.

"Kami khawatir akan sia-sia, mubazir. Ini kan APBD, bukan uang bapak dia. Kalau punya bapak dia, saya enggak marah," ujarnya.

"Kami mendukung ketahanan pangan. Tapi, bukan memberikan cek kosong begitu. Paling tidak harus menunjukkan keinginan kuat dong. Direksi saja masih PLT, utang banyak, aset enggak ada, bussines plan enggak ada, bagaimana mau setuju," ujar Wanda.

Penolakan tersebut diketahui tak berpengaruh atas keputusan pemberian modal dasar. Pasalnya, anggota dewan yang menolak hanya sebanyak enam orang, sementara yang hadir dalam rapat paripurna adalah sebanyak 64 orang dari 94 anggota DPRD.

Menanggapi hal itu, Wanda mengaku para penolak menerimanya dengan bijak. Menurut mereka, situasi itu merupakan bagian dari demokrasi.

"Yang penting saya sudah berusaha melindungi uang rakyat. Yang paling penting, nanti pengawasannya gimana. Mudah-mudahan PD Dharma Jaya memberikan sumbangsih ke Pemprov," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Megapolitan
Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Megapolitan
Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Megapolitan
Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com