Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadwal Kereta ke Serpong Dibatalkan, Penumpang Kebingungan

Kompas.com - 09/12/2013, 19:52 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Terkait dengan peristiwa kecelakaan yang melibatkan kereta rel listrik (KRL) Tanah Abang-Serpong dengan truk tangki minyak bermuatan premium di Pondok Betung, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Senin, seluruh jadwal keberangkatan KRL atau Commuter Line menuju Serpong maupun Parung dibatalkan.

Terjadi penumpukan penumpang di Stasiun Tanah Abang. Mereka tampak kebingungan mencari angkutan alternatif selain KRL.

Raut muka Siti (28) tampak kebingungan seusai membaca pengumuman pembatalan keberangkatan kereta api ke Parung. Saat ini, yang terpikir di benaknya hanyalah anak semata wayangnya yang masih berusia enam bulan. Ia tampak mondar-mandir membaca papan pengumuman seraya mengecek telepon selulernya.

"Saya bingung pulang naik apa, sedangkan besok sudah harus kerja lagi pukul 07.00 pagi," kata Siti saat ditemui Kompas.com di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Senin (9/12/2013).

Selama ini, ia tidak pernah menggunakan alternatif transportasi umum lain selain KRL. Teman-teman Siti yang sama-sama bekerja sebagai penjaga kios Blok A Tanah Abang menawarkan kepada Siti untuk menumpang mobil omprengan. Dua teman lainnya adalah Anjar (17) dan Yuli (15). Mereka juga terkena dampak pembatalan kereta ke Serpong.

Anjar harus pulang ke Sudimara dan Yuli pulang ke Rangkasbitung. Untuk dapat menumpang mobil omprengan, masing-masing penumpang harus membayar Rp 25.000 ke Serpong dan Rp 50.000 ke Parung. Sayangnya, hanya ada tiga lembar uang Rp 10.000 dan beberapa lembar uang Rp 2.000 yang terselip dalam dompet Siti. Sementara kedua temannya lebih memilih untuk naik mobil omprengan.

Harapan Siti pun hanya tertuju pada kakaknya yang sehari-hari menjaga anak semata wayangnya. "Ini lagi SMS kakak, semoga mau jemput saya ke sini. Saya sudah enggak punya uang lagi," keluh Siti.

Sehari-harinya, Siti hanya menghabiskan uang sekitar Rp 3.000 untuk satu kali perjalanan dari Tanah Abang-Parung. Sementara apabila ia memilih menggunakan bus kota, ia harus ke Grogol terlebih dahulu, kemudian turun di Kalideres menuju Serpong dan Parung. Membayangkan hiruk pikuknya lalu lintas Jakarta menambah kepenatan yang ada di benaknya.

Karenanya, ia memilih KRL sebagai transportasi andalannya sehari-hari. Selain murah, juga menghindari kemacetan. "Saya sudah pusing ngebayangin turun-turunnya itu. Belum lagi mahal juga naik bus," ujar Siti lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com