Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesaksian Penumpang KM Sahabat yang Selamat

Kompas.com - 28/01/2014, 10:43 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Fandi (20), pemuda asal Sinjai, Sulawesi Selatan terlihat gundah menunggu kabar mengenai nasib ibunya, Siti (50), yang hilang bersama tenggelamnya KM Sahabat pada Selasa (21/1/2014) lalu di perairan Kepulauan Seribu, dekat Pulau Damar. Ia mengaku kecewa dengan pelayanan di Pelabuhan Tanjung Priok yang seolah tudak peduli dengan keselamatan penumpang.

Fandi menuturkan, dia menemani ibunya ke Pangkal Balang, Bangka Belitung, untuk menjual kain. Sejak Senin (20/1/2014) malam, dia bersama ibunya menginap di Pelabuhan Tanjung Priok untuk naik KM Sahabat pada esok paginya.

Kapal pun berangkat pada pukul 06.00, Selasa (21/1/2014). Dia pun langsung tidur karena mengantuk.

Setelah tiga jam tertidur, tiba-tiba ibunya membangunkannya karena kapal akan tenggelam. Dia pun segera bangun, dan berusaha menyelamatkan diri. Fandi amat menyayangkan tidak ada peringatan dari pihak kapal.

"Ada peringatannyaa itu pas kapal kapal sudah terbalik. Dikasih tahu pakai speaker di kapal," ucap Fandi.

Fandi menggandeng tangan ibunya menuju pintu sisi kanan, sebelum kapal benar-benar terbalik. Namun, ajakan putra bungsunya tersebut tak digubris oleh Siti. Korban yang kini belum ditemukan tersebut malah menarik anaknya ke pintu sisi kiri yang belum tenggelam.

"Pas saya buka pintunya, air langsung masuk. Saya terlepas dengan ibu. Sejak itulah, sampai sekarang saya masih mencari ibu," ujar Fandi dengan suara lirih.

Setelah kapal tenggelam, Fandi yang sehari-harinya menjadi nelayan, sempat mencari ibunya. Selama 15 menit, dia berenang mengelilingi kapal. Namun, usahanya sia-sia. Ibunya tidak terlihat.

Karena kelelahan dan kehabisan nafas, dia pun naik ke permukaan air. Dia terlihat oleh beberapa anak buah kapal (ABK) yang terapung di atas perahu karet. Mereka pun segera menaikkan pemuda tersebut ke atas sekoci.

Hampir lima jam, dia bersama penumpang lainnya terkatung-katung di laut. Namun, dia belum menyerah mencari ibunya. Saat SV Gagak, kendaraan air jenis tug boat itu mengangkut para korban selamat, Fandi kembali berusaha mencari ibunya.

Dari penumpang yang selamat, tak ada sosok ibunya. Dia pun melapor ke pos pengaduan kehilangan yang di buka di kantor Syahbandar Pelabuhan Tanjung Priok. Beberapa prosedur pendataan dan tes DNA dia jalani. Dia berharap segera bertemu dengan ibunya lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Singgung Kejatuhan VOC karena Korupsi, Sudirman Said: Sejarah Ternyata Berulang

Singgung Kejatuhan VOC karena Korupsi, Sudirman Said: Sejarah Ternyata Berulang

Megapolitan
Balita 4 Tahun di Johar Baru Diculik, Pelaku Ternyata Mantan Istri Ayah Korban

Balita 4 Tahun di Johar Baru Diculik, Pelaku Ternyata Mantan Istri Ayah Korban

Megapolitan
Sudirman Said Sebut Komunikasi dengan Banyak Partai soal Pilkada Jakarta 2024

Sudirman Said Sebut Komunikasi dengan Banyak Partai soal Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Pria yang Dikeroyok karena Dituduh Maling Motor di Grogol Alami Luka Lebam di Wajah

Pria yang Dikeroyok karena Dituduh Maling Motor di Grogol Alami Luka Lebam di Wajah

Megapolitan
PKS Dinilai Sulit 'Move On' dari Anies Baswedan

PKS Dinilai Sulit "Move On" dari Anies Baswedan

Megapolitan
4 Pelaku Penjarahan Konser Lentera Festival Kembalikan Pagar Barikade ke Vendor

4 Pelaku Penjarahan Konser Lentera Festival Kembalikan Pagar Barikade ke Vendor

Megapolitan
Aksi WNI di Kamboja Kendalikan Penipuan Modus 'Like-Subscribe' Youtube, Korban Rugi Rp 806 Juta

Aksi WNI di Kamboja Kendalikan Penipuan Modus "Like-Subscribe" Youtube, Korban Rugi Rp 806 Juta

Megapolitan
Data Inafis Diduga Diperjualbelikan di 'Dark Web', Kompolnas Minta Polri Proteksi Data Lebih Ketat

Data Inafis Diduga Diperjualbelikan di "Dark Web", Kompolnas Minta Polri Proteksi Data Lebih Ketat

Megapolitan
Usung Marshel Widianto pada Pilkada Tangsel 2024, Gerindra Bakal Beri Pembekalan

Usung Marshel Widianto pada Pilkada Tangsel 2024, Gerindra Bakal Beri Pembekalan

Megapolitan
Potret Kondisi Tugu Selamat Datang  Depok Senilai Rp 1,7 Miliar Kini, Dicoret-coret dan Panel Lampunya Dicuri

Potret Kondisi Tugu Selamat Datang Depok Senilai Rp 1,7 Miliar Kini, Dicoret-coret dan Panel Lampunya Dicuri

Megapolitan
Saat Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlindungan LPSK, Merasa Terancam Usai Digeledah KPK

Saat Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlindungan LPSK, Merasa Terancam Usai Digeledah KPK

Megapolitan
Akrabnya Gibran dan Heru Budi, Blusukan Bareng di Jakbar-Jakut hingga Bagi-bagi Susu ke Warga

Akrabnya Gibran dan Heru Budi, Blusukan Bareng di Jakbar-Jakut hingga Bagi-bagi Susu ke Warga

Megapolitan
Dua Saksi Tambahan Kasus “Vina Cirebon” Ajukan Permohonan Perlindungan ke LPSK

Dua Saksi Tambahan Kasus “Vina Cirebon” Ajukan Permohonan Perlindungan ke LPSK

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 29 Juni 2024, dan Besok : Siang Ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 29 Juni 2024, dan Besok : Siang Ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Alasan Rombongan Tiga Mobil Tak Bayar Makan di Resto Depok | Korban Penipuan 'Like' dan 'Subscribe' Youtube Rugi Rp 800 Juta

[POPULER JABODETABEK] Alasan Rombongan Tiga Mobil Tak Bayar Makan di Resto Depok | Korban Penipuan "Like" dan "Subscribe" Youtube Rugi Rp 800 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com