Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Fitra Jangan Menuduh Sembarangan!

Kompas.com - 02/05/2014, 10:33 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama membantah tudingan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) bahwa tujuan dari pengambilalihan dua paket pengerukan sungai dalam program Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) bermotif politis.

Seperti diberitakan, Fitra menuding program itu untuk mencari dana untuk kampanye pemenangan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, yang saat ini sedang mencalonkan diri maju sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan.

Basuki berujar, selama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat membiayai sendiri suatu proyek, kenapa harus melakukan pinjaman dari pihak luar, dalam hal ini Bank Dunia. Bahkan menurut Basuki, bila memungkinkan, seharusnya Pemprov DKI dapat mengambil alih seluruh paket pengerjaan program JEDI.

"Kalau punya duit sendiri, kenapa harus pinjam? Kita pinjam itu juga karena terpaksa, karena ada ikatan komitmen fee. Kalau tidak sudah saya batalin semua. Karena apa? Kita ada duit kok. Jadi tuduhannya yang mana?" kata Basuki di Balaikota Jakarta, Jumat (2/5/2014).

Menurut Basuki, kontrak dengan Bank Dunia dilakukan sekitar empat tahun lalu, tepatnya pada era Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, yakni Fauzi Bowo. Adapun dana pengerjaan dua paket program JEDI akan diambil dari sisa lebih penggunaan anggaran (Silpa) pada APBD 2013.

"Kita mau kerjakan pakai duit kita yang lebih itu (Silpa). Jadi Fitra jangan asal ngomong, tapi sebenarnya tidak paham. Kalau punya duit kenapa harus pinjam? Pakai duit sendiri dituding buat dana pilpres. Jadi pinjam lebih lebih bagus gitu? Aku sudah capek dengar Fitra, tidak mengerti maunya mereka apa," tukas pria yang akrab disapa Ahok itu.

Sebelumnya pada Rabu (30/4/2014), Basuki mengatakan, Pemrov DKI merencanakan akan mengambil alih pengerjaan program JEDI sebanyak dua paket, yaitu Paket 4 dan 7. Menurutnya, nantinya juga akan ada perubahan kontrak kerja pada paket 4 dan 7,  yakni waktu pengerukan yang awalnya ditetapkan selesai dalam waktu lima tahun, kini harus selesai dalam waktu dua tahun.

"Jadi kan kita dulu mau lima tahun. Terus kita bilang, masa lima tahun selesainya, dua tahun dong harus selesai," kata Basuki usai menghadiri sebuah acara di Hotel Mulia, Jakarta.

Basuki menjelaskan, Pemprov DKI juga akan mengerjakan sendiri pengerukan sungai tersebut. Menurutnya, pelaksanaan lelang atau tender akan dilakukan pada bulan Mei yang dilakukan melalui Unit Layanan Pengadaan (ULP).

"Karena tender susah, beberapa paket akan kita kerjakan sendiri. Kalau sudah dikerjakan sendiri ya sudah tidak perlu ditender lagi. Nah tender ulangnya kan di ULP DKI, sebenarnya gampang. Kamu susun dulu semua, sudah siap, tinggal pinjam benderanya ULP, supaya cepat. Kalau diskusi pekan ini, maka bulan depan sudah bis dilakukan tendernya," jelas Basuki.

Sebelumnya Fitra mengkritik rencana Pemprov DKI mengambil alih dua paket pengerjaan pengerukan sungai yang masuk dalam program JEDI dari Bank Dunia. Bahkan mereka menuding, pengambilalihan proyek tersebut sangat bernuansa politis, yang erat kaitannya dengan keputusan Jokowi untuk maju dalam pemilihan presiden.

Koordinator Fitra Uchok Sky Khadafi menjelaskan, program JEDI dari Bank Dunia menargetkan akan menyelesaikan proyek tersebut pada 2017. Namun apabila proyek ini dipatok hanya sampai 2015, maka dampak yang biasa timbul adalah pihak pemberi hibah, dalam hal ini Bank Dunia, akan mengurangi kontribusi mereka terhadap proyek tersebut.

"Artinya kalau terjadi pengurangan dari Bank Dunia, berarti Pemprov DKI harus menutupi kekurangan anggaran akibat pengurangan dari Bank Dunia tersebut. Untuk menutupinya, harus dilakukan tender ulang," kata Uchok melalui siaran pers kepada Kompas.com, Kamis (1/5/2014).

Uchok mengatakan, kemungkinan besar tender ulang tersebit akan dimenangkan perusahaan yang dekat dengan pemerintahan Jokowi.

"Kami mencurigai dengan tender ulang ini nantinya akan dimenangkan oleh perusahaan-perusahaan yang dekat dengan pemerintahan Jokowi, dan modus tender ulang ini kasusnya akan sama dengan korupsi busway. Maklum mau pilpres butuh duit nih ye," sindir Uchok.

Karena itu, Uchok meminta agar Pemprov DKI mengkaji ulang rencana untuk mengambil alih dua paket proyek JEDI tersebut. Menurutnya, alokasi anggaran yang diberikan Bank Dunia sudah terjadwal pertahun, dan sangat sulit untuk diubah mekanisme penjadwalan ulangnya.

"Kalau mau diubah, biasanya terjadi pengurangan anggaran. Jangan hanya untuk mencari sensasi pencitraan, tetapi nantinya malah merugikan keuangan Jakarta, dan merugikan para pembayar pajak," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com