Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPRD DKI Disarankan Mediasi Pemprov DKI dan PT JM

Kompas.com - 26/06/2014, 10:14 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Tak kunjung ditandatanganinya perjanjian kerja sama proyek monorel antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan PT Jakarta Monorail (JM) dinilai merupakan akibat dari memburuknya hubungan antara kedua lembaga tersebut.

Oleh karena itu, diperlukan pihak ketiga untuk memediasi agar kedua belah pihak bisa bersepakat. Menurut Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Anggoro Budi Wiryawan, pihak yang dinilai paling pantas untuk memediasi Pemprov DKI dan PT JM adalah DPRD DKI.

"Lebih baik dimediasi oleh dewan. Jika dimediasi, saya yakin dalam waktu enam bulan ini akan ada titik temu yang jelas sehingga ada starting point untuk melanjutkan pembangunan public transport ini," kata Anggoro dalam acara diskusi publik Jakarta Monorail, Jadi Enggak Sih, di Jakarta, Rabu (25/6/2014).

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT JM Jhon Aryananda mengatakan, pihak yang berhak mengajukan permohonan ke DPRD DKI adalah Pemprov DKI sendiri. Sebab, ia menilai, PT JM tidak dapat berhubungan langsung ke DPRD karena proyek murni tidak menggunakan APBN.

"Kita dari pihak swasta tidak berhak meminta pertolongan dewan tanpa melalui Pemprov DKI karena kita tidak boleh melewati kewenangan Pemprov," ujar Jhon.

Sementara itu, anggota DPRD DKI, Mohammad Sanusi, yang juga hadir pada acara yang sama mengatakan, keputusan untuk mediasi berada di tangan Pemprov DKI. Ia mengatakan, DPRD DKI akan siap jika Pemprov DKI meminta bantuan.

"Sampai detik ini, eksekutif tidak pernah menemui kita, kasih kajian akademis monorel untuk kita bahas. Kita tidak bisa masuk duluan karena kalau dewan yang duluan, nanti malah dituduh mau ngapa-ngapain lagi," imbuh anggota dari Komisi D itu.

Seperti diberitakan, hingga saat ini, perjanjian kerja sama antara Pemprov DKI dan PT JM belum juga dilakukan. Pelaksana Tugas (Plt) DKI Basuki Tjahaja Purnama menilai, PT JM tidak memiliki modal yang cukup untuk membangun monorel.

Namun, hal tersebut dibantah oleh PT JM. Mereka mengaku memiliki kemampuan finansial yang kuat karena didukung oleh konsorsium perusahaan dari berbagai negara, seperti dari Singapura dan Tiongkok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Ibu Hamil Jadi Korban Tabrak Lari di Gambir, Kandungannya Keguguran

Megapolitan
Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Jawab Kritikan Ahok Soal Penonaktifan NIK KTP, Heru Budi: Pemprov DKI Hanya Menegakkan Aturan

Megapolitan
Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Paus Fransiskus ke Indonesia September 2024, KWI: Bawa Pesan Persaudaraan Umat Manusia

Megapolitan
Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Diterima Jadi Polisi, Casis Bintara Korban Begal: Awalnya Berpikir Saya Gagal

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Polisi Kantongi Identitas Pengemudi Fortuner yang Halangi Laju Ambulans di Depok

Megapolitan
Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Dapat Ganti Untung Normalisasi Ciliwung, Warga Rawajati Langsung Beli Rumah Baru

Megapolitan
Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Tak Gentarnya Jukir Liar di Minimarket, Masih Nekat Beroperasi meski Baru Ditertibkan

Megapolitan
Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Kilas Balik Kasus Pembunuhan Vina Cirebon, Kronologi hingga Rekayasa Kematian

Megapolitan
Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Dikritik Ahok soal Penonaktifan NIK KTP Warga Jakarta, Heru Budi Buka Suara

Megapolitan
Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal 'Study Tour', Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Walkot Depok Terbitkan Aturan Soal "Study Tour", Minta Kegiatan Dilaksanakan di Dalam Kota

Megapolitan
Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Rumahnya Digusur Imbas Normalisasi Kali Ciliwung, Warga: Kita Ikut Aturan Pemerintah Saja

Megapolitan
KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Lantik 30 Anggota PPK untuk Kawal Pilkada 2024

Megapolitan
Mau Bikin 'Pulau Sampah', Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Mau Bikin "Pulau Sampah", Heru Budi: Sampah Sudah Enggak Bisa Dikelola di Lahan Daratan

Megapolitan
Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Polri Gerebek Gudang Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster di Bogor

Megapolitan
Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Walkot Jaksel: Warga Rawajati yang Terdampak Normalisasi Ciliwung Tidak Ada yang Protes

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com