Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Pengusulan Cagar Budaya Tersendat

Kompas.com - 22/01/2015, 01:06 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Dua tahun lalu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta merekomendasikan penetapan Balai Budaya Jakarta sebagai bangunan cagar budaya kepada gubernur. Namun, proses itu tersendat. Akibatnya, Balai Budaya pun semakin telantar dan tak terperhatikan.

Kepala Bidang Sumber Daya Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta Asiantoro mengatakan, pihaknya kini sedang menelusuri berkas rekomendasi yang disampaikan Disparbud DKI Jakarta kepada gubernur. Saat ini, berkas tersebut tersimpan di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DKI Jakarta.

”Survei dan pendekatan dengan tokoh seniman yang diberi mandat mengelola Balai Budaya sudah dilakukan Disparbud DKI Jakarta dua tahun lalu. Hasil rekomendasinya disampaikan kepada gubernur untuk diproses oleh tim ahli penetapan cagar budaya,” ujar Asiantoro, Rabu (21/1), di Jakarta.

Meski langkah pengusulan sudah dilakukan, hingga sekarang, proses itu tersendat tanpa ada kejelasan. Belum ada keputusan apa pun dari Gubernur DKI Jakarta yang menegaskan bahwa Balai Budaya ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.

Milik negara

Menurut Asiantoro, status kepemilikan Balai Budaya saat ini adalah milik negara, khususnya Kementerian Dalam Negeri. Hal senada disampaikan Ketua Pengelola Balai Budaya Cak Kandar. Ia mengatakan, setelah Balai Budaya didirikan pemerintah pada 1954, Presiden Soekarno langsung menyerahkan pengelolaannya kepada Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional.

Dirunut dari sejarahnya, Balai Budaya sangat layak ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Di tempat ini, sejumlah perupa Indonesia ternama, seperti Affandi dan Soedjojono, serta penyair WS Rendra mengawali karier. Di gedung ini pula, tokoh-tokoh besar berkumpul dan berdiskusi, mulai dari Mochtar Lubis, Asrul Sani, Umar Kayam, HB Jassin, hingga Taufiq Ismail.

Panggung andalan

Sebelum Taman Ismail Marzuki berdiri dan pusat-pusat kebudayaan bermunculan, Balai Budaya benar-benar menjadi medan pertemuan dan panggung ekspresi seniman dan budayawan. Mereka yang berasal dari daerah juga datang berpameran di gedung ini.

Bahkan, karena ruangannya terbatas, dulu pelukis Affandi harus menyekat ruangan menjadi dua. Satu untuk pameran dan satu untuk tempat tidur. Hal ini menggambarkan betapa Balai Budaya pada waktu itu benar-benar menjadi panggung andalan perupa untuk menampilkan karya mereka.

”Kalau tidak ada status, siapa pun tidak akan bersedia terlibat 100 persen di sana. Bahkan, pemodal juga akan segan dan berpikir ulang bekerja sama dengan seniman mengelola Balai Budaya karena statusnya tidak jelas,” ujar Tommy F Awuy, salah satu anggota Tim Lima yang memperbarui pengelolaan Balai Budaya pasca reformasi 1998.

Setelah status Balai Budaya ditetapkan, Tommy mengusulkan agar pemerintah bersama seniman dan budayawan duduk bersama membahas arah pengelolaan Balai Budaya ke depan. Tentu saja, sesuai peruntukannya, gedung bersejarah ini harus tetap difungsikan sebagai tempat kegiatan seni budaya.

Saat ini, kondisi Balai Budaya semakin memprihatinkan. Menginjak usia yang ke-61 tahun, tempat kelahiran seniman dan budayawan besar ini rusak parah. Jika tak segera ada perhatian dari pemerintah dan para pemangku kepentingan, sejarah panjang Balai Budaya akan lapuk dimakan zaman. (Aloysius Budi Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com