Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DKI Identifikasi Pohon

Kompas.com - 04/02/2015, 14:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta berencana membuat kartu sehat pohon. KSP merupakan bentuk pemetaan pohon yang menjadi aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, termasuk lokasi serta kondisi pohon tersebut. Langkah ini juga merupakan upaya untuk mencegah pohon tumbang.

Kepala Bidang Jalur Hijau Kota Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta M Fajar Sauri, Selasa (3/2), mengatakan, pembuatan kartu sehat pohon (KSP) akan dilakukan bersama akademisi. ”Nantinya setiap pohon akan didata jenis, lokasi, serta kondisinya. Ini akan menjadi database kami. Penopingan pohon dan langkah antisipasi akan dilakukan berdasarkan data ini,” kata Fajar.

Dia memperkirakan, pembuatan KSP dimulai akhir Februari ini. Pengerjaan akan diusahakan rampung selama setahun.

Selama ini, pemetaan pohon yang rawan tumbang dilakukan berdasarkan pengamatan petugas di lapangan, mulai tingkat kecamatan hingga dinas.

”Kalau ada pohon yang rawan tumbang, petugas biasanya sudah tahu. Pohon yang rawan tumbang antara lain tajuknya terlalu lebat atau kondisi pohon miring. Pohon yang rawan tumbang ini diprioritaskan penopingannya,” ujarnya.

Sepanjang Januari 2015, tercatat 32 kasus pohon tumbang dan 14 pohon sempal di wilayah Jakarta. Beberapa jenis pohon yang tumbang adalah angsana, trembesi, mahoni, dan lamtoro. Sebagian pohon tumbang di jalan sehingga menghalangi jalan, sebagian lagi menimpa rumah dan kendaraan. Diameter pohon yang tumbang bervariasi, 20-60 cm.

Beberapa pohon yang tumbang, menurut Fajar, kondisi akarnya tidak prima lagi. Kemungkinan akar pohon ini dipotong saat ada pengerjaan fisik di sekitar lokasi pohon itu. Karena itu, beberapa pohon tumbang saat tidak ada angin atau hujan lebat.

Fajar mempersilakan warga melapor ke petugas pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) jika menemukan pohon rawan tumbang. Laporan pohon tumbang di PTSP akan diteruskan ke Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI untuk ditindaklanjuti.

Kepala Sudin Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Timur Mimi Rahmiati mengatakan, pohon angsana merupakan jenis pohon yang paling banyak dipangkas karena lebih rawan tumbang dibandingkan jenis pohon lain. Pohon trembesi, misalnya, dipangkas hanya rantingnya karena pohon masih kuat.

Selain atas permintaan warga, sejumlah petugas pertamanan juga diterjunkan untuk memantau pohon yang keropos dan rawan tumbang. ”Kami juga menerjunkan petugas memantau pohon-pohon yang rawan tumbang dan keropos,” katanya.

Adapun pohon peneduh yang terlampau tinggi dipangkas bagian atasnya. Cabangnya yang menjuntai ke samping tetap dijaga sebagai peneduh. Pada umumnya, pohon itu jenis pohon trembesi.

Nurdin, petugas Posko Pohon Tumbang, menambahkan, jenis pohon yang rawan tumbang dan sempal (getas) adalah angsana dan trembesi. Saat cuaca hujan dan angin, ranting pohon angsana dan trembesi mudah patah, apalagi jika daunnya rindang akan menambah berat pohon.

”Sekarang di jalan-jalan protokol banyak ditanam pohon mahoni karena lebih kuat,” kata Nurdin.

Setiap hari, petugas Posko Pohon Tumbang itu memantau informasi dari media sosial Twitter, akun-akun milik BPBD DKI Jakarta, Berita Jakarta, dan TMC Polda Metro Jaya.

Jika ada informasi soal pohon tumbang, mereka akan berkoordinasi dengan suku dinas pertamanan setempat. Petugas segera meluncur ke lokasi untuk mengurus pohon sempal dan tumbang, terutama yang mengganggu lalu lintas. ”Ada 38 personel siaga dengan beberapa alat pendukung, seperti gergaji mesin, crane, dan mobil pengangkut,” ujar Nurdin.

Di Jakarta Timur, 500 pohon dipangkas dari total 2.000 pohon yang harus dipangkas. Pemangkasan diutamakan atas permintaan dari setiap kelurahan. Umumnya, pohon yang dipangkas adalah pohon angsana.

Dimatikan

Menurut Fajar, masih ada pohon yang sengaja dimatikan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. ”Ada pohon yang tiba-tiba kering dan mati. Begitu kami lihat, di sekitar pohon ini ada papan reklame. Ada juga pohon yang mati karena pohon ini ada di depan rumah orang,” ujarnya.

Dia menduga, orang memilih mematikan pohon ketimbang menebangnya. Sebab, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertamanan DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 2002, penebang pohon milik Pemprov DKI harus mengganti dengan 10 pohon berdiameter batang minimal 10 cm dan tinggi minimal 3 meter untuk setiap pohon yang ditebang.

Jika pohon yang ditebang adalah milik perorangan, badan usaha, atau instansi pemerintah, maka penebang harus mengganti dengan tiga batang pohon dengan tinggi minimal 3 meter dan diameter minimal 10 cm. Penebangan juga harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. (ART/MDN/DEA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com