Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kopaja S66 Jadi Basis Uji Coba

Kompas.com - 05/02/2015, 14:45 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Tim revitalisasi angkutan umum DKI Jakarta berencana menguji coba penyatuan operasi Kopaja rute Blok M-Manggarai dalam pengelolaan PT Transportasi Jakarta. Bus tak boleh lagi ngetem, dan menerapkan sistem rupiah per kilometer. Uji coba ini diharapkan menjadi langkah awal integrasi angkutan umum Ibu Kota.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Benjamin Bukit, Rabu (4/2), mengatakan, tim yang antara lain beranggotakan wakil dari Organda, konsultan dari Indonesia Infrastructure Initiative, dan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) memutuskan rencana uji coba di jalur Kopaja S66 jurusan Blok M-Manggarai.

”Satu rute uji coba ini cukup untuk melihat modelnya. Jika berhasil, diperluas di rute lain,” ujarnya.

Menurut Benjamin, tim akan merumuskan pola kerja sama operasi hingga Maret 2015. Setidaknya ada sejumlah catatan dalam proyek revitalisasi ini, antara lain menyatukan pengelolaan dalam PT Transjakarta, membayar operator dengan rupiah per kilometer, serta memperbarui armada. Hal itu bertujuan membuat pengguna angkutan umum lebih nyaman di jalan.

Menurut Ketua Organda DKI Jakarta Shafruhan Sinungan, uji coba di satu trayek sebenarnya kurang efektif untuk melihat hasil. Oleh karena itu, pihaknya mengusulkan dua trayek uji coba, yakni trayek S66 Blok M-Manggarai yang tidak bersinggungan dengan jalur transjakarta, dan S602 Ragunan-Pasar Senen yang bersinggungan dengan jalur transjakarta. Namun, usulan itu tidak diterima.

”Prinsipnya pengusaha angkutan mendukung upaya revitalisasi. Kopaja telah menyiapkan 150 armada baru untuk keperluan ini. Namun, pemerintah perlu mengevaluasi program serupa sebelumnya di S602 untuk melihat dampak, tujuannya kepuasan pengguna,” ujarnya.

Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia MH Yudhistira menilai, beban biaya transportasi yang harus ditanggung masyarakat Jabodetabek masih tinggi.

”Meskipun harga tiket KRL dan transjakarta masih terjangkau, mereka masih harus membayar biaya ekstra untuk sampai ke stasiun atau dari stasiun ke tempat tujuan. Pengeluaran untuk transportasi bahkan mencapai 20 persen dari pendapatan seseorang,” ujarnya.

Biaya besar, antara lain, dikeluarkan untuk membayar ojek, bajaj, atau angkutan umum yang tidak massal. Langkah ini terjadi karena rute angkutan massal belum mengakomodasi perjalanan warga dari tempat asal hingga ke tujuan. Itu sebabnya biaya transportasi menjadi tinggi.

Yudhistira menilai, penataan rute transportasi massal menjadi teramat diperlukan untuk memudahkan masyarakat berpindah tempat. Transportasi massal yang efektif dan efisien bisa menekan ongkos transportasi.

Penataan dan peremajaan

Revitalisasi angkutan umum juga dijalankan di Kota Bogor, Jawa Barat. Ketua Tim Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan (TP4) Kota Bogor Yayat Supriatna mendorong program revitalisasi angkutan umum secara menyeluruh oleh Pemerintah Kota Bogor.

Salah satu tindakan yang perlu segera diambil adalah penataan trayek sekaligus peremajaan atau penggantian angkutan kota atau mikrolet jenis minibus. Selain itu, juga perlu didorong perubahan status kepemilikan dan pengelolaan angkutan umum.

Di Kota Bogor saat ini tercatat ada 3.412 mikrolet bercat hijau yang melayani 23 trayek. Namun, dari penelitian TP4, layanan angkot mencakup tidak sampai separuh wilayah Kota Bogor yang seluas 11.850 hektar.

”Trayek saling tumpang tindih, terutama yang melewati Kebun Raya Bogor,” kata Yayat. Hal itu ditambah kondisi mobil yang kurang nyaman dan kurang aman. Sekitar 220 angkot berusia lebih dari 10 tahun sehingga harus diganti dengan yang baru atau diubah menjadi angkutan umum berbeda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saksi: Pesawat Tecnam P2006T Berputar-putar dan Mengeluarkan Asap Sebelum Jatuh

Saksi: Pesawat Tecnam P2006T Berputar-putar dan Mengeluarkan Asap Sebelum Jatuh

Megapolitan
Dua Korban Pesawat Jatuh di BSD Telah Teridentifikasi

Dua Korban Pesawat Jatuh di BSD Telah Teridentifikasi

Megapolitan
Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Serpong Menyisakan Buntut, Bagian Depan Hancur

Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Serpong Menyisakan Buntut, Bagian Depan Hancur

Megapolitan
Ratusan Warga Nonton Proses Evakuasi Pesawat Jatuh di BSD Serpong

Ratusan Warga Nonton Proses Evakuasi Pesawat Jatuh di BSD Serpong

Megapolitan
Pesawat yang Jatuh di BSD Sempat Tabrak Pohon sebelum Hantam Tanah

Pesawat yang Jatuh di BSD Sempat Tabrak Pohon sebelum Hantam Tanah

Megapolitan
Saksi: Pesawat Latih Jatuh di BSD Serpong Bersamaan dengan Hujan Deras

Saksi: Pesawat Latih Jatuh di BSD Serpong Bersamaan dengan Hujan Deras

Megapolitan
Polres Tangsel Evakuasi 3 Korban Tewas Pesawat Latih yang Jatuh di BSD

Polres Tangsel Evakuasi 3 Korban Tewas Pesawat Latih yang Jatuh di BSD

Megapolitan
PSI Terima Pendaftaran 2 Bakal Calon Wali Kota Bekasi, Salah Satunya Kader PDI-P

PSI Terima Pendaftaran 2 Bakal Calon Wali Kota Bekasi, Salah Satunya Kader PDI-P

Megapolitan
Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Terbang dari Tanjung Lesung menuju Pondok Cabe

Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Terbang dari Tanjung Lesung menuju Pondok Cabe

Megapolitan
Pesawat Jatuh di BSD Serpong, Petugas Gabungan Evakuasi Seorang Korban Tewas

Pesawat Jatuh di BSD Serpong, Petugas Gabungan Evakuasi Seorang Korban Tewas

Megapolitan
Pesawat yang Jatuh di BSD Serpong adalah Pesawat Latih

Pesawat yang Jatuh di BSD Serpong adalah Pesawat Latih

Megapolitan
UU DKJ Sah, Heru Budi Harap Bisa Tumbuhkan Ekonomi Jakarta Lewat Kegiatan Skala Internasional

UU DKJ Sah, Heru Budi Harap Bisa Tumbuhkan Ekonomi Jakarta Lewat Kegiatan Skala Internasional

Megapolitan
Pesawat Jatuh di BSD Serpong, Satu Orang Diduga Awak Pesawat Tergeletak

Pesawat Jatuh di BSD Serpong, Satu Orang Diduga Awak Pesawat Tergeletak

Megapolitan
Pesawat Latih Milik Indonesia Flying Club Jatuh di BSD Serpong

Pesawat Latih Milik Indonesia Flying Club Jatuh di BSD Serpong

Megapolitan
Heru Budi: Siapa Pun Gubernur Selanjutnya, Jakarta Harus Unggul dari Kota-kota Lainnya di Dunia

Heru Budi: Siapa Pun Gubernur Selanjutnya, Jakarta Harus Unggul dari Kota-kota Lainnya di Dunia

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com