Para tahanan diketahui merupakan penghuni empat kamar penjara dari total 12 kamar tahanan.
Yang mengherankan, bagaimana caranya tahanan lain tak tahu 10 orang tersebut melarikan diri? Padahal, BNN menyebutkan bahwa satu kamar penjara dapat dihuni sekitar enam orang.
Kepala Bagian Humas BNN Komisaris Besar Slamet Pribad mengatakan, hal ini masih didalami. Menurut dia, terungkapnya kejadian itu setelah tahanan melapor ada tahanan yang kabur. "Jadi ada salah satu tahanan ada yang berteriak," kata Slamet di Gedung BNN, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (31/3/2015).
BNN belum dapat memberi kesimpulan apakah orang dalam terlibat. Sebab, tim Inspektorat BNN sedang memeriksa para penjaga tahanan.
Saat kejadian, kata Slamet, gedung tahanan itu sedang dijaga oleh sekitar empat orang. Gedung penjara yang dibobol adalah bangunan yang memiliki penjagaan cukup ketat.
"Kita sedang periksa semua, termasuk CCTV," ujar Slamet.
BNN belum tahu dengan alat apa para tahanan dapat memotong besi jeruji dan bagaimana para tahanan dapat memperolehnya. Belum disimpulkan pula apakah ada orang yang membantu tahanan yang kabur sekitar pukul 03.00 dini hari tadi. Atau, lanjut dia, kemungkinan mengenai adanya orang luar yang membantu.
Meski demikian, BNN menduga kuat rencana pelarian para tahanan yang terancam hukuman mati atas kasusnya itu telah disiapkan secara matang.
"Menurut saya, mereka sudah mendesainnya jauh hari, mungkin sekitar satu minggu," ujar Slamet.
Dia menduga para pelaku melarikan diri melalui gedung Rumah Sakit Otak yang bangunannya bersebelahan persis. Para tahanan diduga memanjat tembok setinggi sekitar lima meter dengan bantuan kayu.
Kini BNN tengah memburu para tahanan yang kabur. BNN telah meminta agar para tahanan menyerahkan diri atau mendapat sanksi tegas.
Lembaga ini menyatakan telah menerbitkan daftar pencarian orang untuk semua tahanan dan bekerja sama dengan instansi pemerintahan lain dan masyarakat untuk segera menangkap kembali para tahanan.