Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merindukan "Public Hearing" Jokowi di Era Ahok

Kompas.com - 05/04/2015, 14:27 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Semasa era pemerintahan Gubernur Joko "Jokowi" Widodo, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta getol mengadakan acara pertemuan dengan masyarakat setiap akan memulai sebuah proyek. Pertemuan tersebut dikenal dengan istilah "public hearing".

Pada public hearing, warga, baik pakar maupun masyarakat umum, diundang ke Balai Kota dan diminta pendapat dan masukannya tentang proyek yang akan dibangun. Beberapa proyek yang pelaksanaan pembagunannya diawali dengan public hearing adalah pembangunan mass rapid transit, monorel, dan enam ruas jalan tol.

Namun di era kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama, public hearing tak pernah lagi dilaksanakan. "Ahok (sapaan Basuki) tak pernah lagi melaksanakan public hearing yang pernah dilakukan saat era Jokowi," kata Direktur Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia Yoga Adiwinarto kepada Kompas.com, Minggu (5/4/2015).

Menurut Yoga, public hearing perlu dilakukan. Tujuannya, agar masyarakat mengetahui secara rinci perihal proyek yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, mereka bisa mengkritisi apabila terjadi kekeliruan dalam pelaksanaannya.

Ia kemudian menyoroti seputar tak adanya public hearing sebelum dimulainya proyek pembangunan jalur transjakarta koridor 13 Ciledug-Tendean.

"Pada pembangunan koridor 13, sama sekali tak ada keterbukaan masalah perencanaan melalui pelaksanaan public hearing," ucap dia.

Yoga menilai, hal ini menyebabkan rancangan jalur layang koridor 13 sangat kaku. Ia menganggap kekakuan terlihat pada tidak adanya akses keluar masuk bus di bagian tengah jalan layang yang membentang sejauh 9,3 kilometer itu.

Yoga menduga pihak yang bertanggung jawab dalam pembangunan, yakni Dinas Bina Marga, kurang memperhatikan aspek-aspek dalam dunia transportasi dalam pembangunan jalan layang yang memiliki ketinggian sekitar 18-23 meter itu.

Ia beranggapan jika tetap menggunakan rancangan yang ada saat ini, kemungkinan besar layanan transjakarta Koridor 13 akan gagal menjaring jumlah penumpang dan hanya akan menjadi proyek gagal.

"Dinas Bina Marga kan hanya memperhatikan aspek konstruksi.  Tidak melihat apakah dengan bentuk seperti ini akan bisa menjaring penumpang atau tidak," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Megapolitan
Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Megapolitan
Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Megapolitan
FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Megapolitan
Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com