Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Karapan Sapi Jakarta Utara, Dibenahi atau Mati?

Kompas.com - 30/06/2015, 07:03 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dua ekor patung sapi berwarna merah tanpa ekor ditunggangi seorang "joki" yang kehilangan kaki kanannya di Jalan RE Martadinata, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (29/6/2015) pagi. Tepat di bawahnya, terpatri tulisan "Taman Karapan Sapi Volker", warisan mantan Wali Kota Jakarta Utara Suprawito sejak 4 April 1997.

Hanya berjarak dua meter dari patung yang menyimbolkan taman tersebut, seorang buruh terlihat sibuk mengaduk semen dan pasir.

"Rencananya memang mau dipugar. Nanti, patung karapan sapinya diperbaiki, jalannya disemen, terus dikasih bunga dan tanaman juga," kata buruh yang mengaku bernama Rijal tersebut.

Pantauan Kompas.com, lahan seluas 9.000 meter persegi itu tak terlihat seperti taman. Pohon-pohon yang dulu rindang kini tandus diselimuti debu jalanan.

Deru kontainer dari arah jalanan yang hanya berjarak beberapa meter dari taman telah mengganti kicauan burung di taman tersebut. Kini, riuh kendaraan yang berlalu lalang berpacu dengan suara unggas peliharaan warga yang dikandangkan di area taman.

Besi tua berkarat dan berjamur yang berjejer bak pagar taman menandakan usianya sejak pertama "dimakamkan" di sana.

"Saya rasa 10 tahun lebih mungkin. Sejak saya tinggal di sekitar sini tahun 2005, bongkahan besi tua ini sudah ada banyak," tutur Haima (36), seorang ibu rumah tangga di RT 08/13, Tanjung Priok.

Seorang bocah, Shifa (4), terpaksa bermain di bongkahan jangkar dan mesin kapal yang berserakan di taman yang kerap digenangi air saat banjir itu.

KOMPAS.com/Tangguh SR Kondisi Taman Karapan Sapi Volker yang sangat memprihatinkan, mulai dibenahi, Senin (29/6/2015).
Dari kejauhan, Haima mengawasi anaknya yang asyik bermain. Pengawasan ekstra dilakukan Haima terhadap putrinya yang masih balita tersebut.

Selain berdampingan dengan jalan raya, beberapa besi tua milik PT KAI itu cukup berbahaya untuk dijadikan arena bermain anak-anak.

"Takutnya anak saya main terlalu ke pinggir jalan, banyak 'transformer' (kontainer). Udah gitu, besi-besi di taman juga banyak yang karatan dan ujungnya lancip. Mau dilarang, enggak ada tempat (lahan) lain buat main anak," ujarnya.

Selain Haima, hanya beberapa warga yang terpaksa mengunjungi taman tersebut. Warga lainnya, Yunus (27), mengaku hanya numpang duduk sebentar di taman seraya melihat-lihat buruh yang bekerja.

Pekerja serabutan itu tampak beberapa kali pindah tempat berteduh, mengikuti pergerakan matahari. "Mataharinya geser, kita juga geser. Kan pohonnya sudah enggak rimbun, jadi teduhnya enggak rata," ujarnya.

Menurut Yunus, taman tersebut memang jarang dikunjungi, baik pagi maupun sore. "Apalagi kalau siang, tandus. Paling kalau ada yang datang, numpang buang sampah," ucap dia.

Kewalahan

Kepala Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara Bondan Diah Ekowati mengaku kewalahan membersihkan sampah-sampah di taman tersebut. Mantan Camat Menteng itu mengakui Taman Karapan Sapi termasuk salah satu yang terparah di wilayahnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com