Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/08/2015, 20:45 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

GARUT, KOMPAS.com — AK alias AW (38) menjalani pra-rekonstruksi dalam kasus pembunuhan mantan asisten presiden direktur perusahaan telekomunikasi, Hayriantira (37), di kamar nomor 5 Hotel Cipaganti, Garut, Jawa Barat, Kamis (6/8/2015). Pra-rekonstruksi tersebut dikawal oleh Unit 1 Jatanras Polda Metro Jaya, Inafis Polda Metro Jaya, dan Polres Garut.

AK dan Hayriantira diketahui datang pada sore hari ke Hotel Cipaganti pada Kamis (30/10/2014).

Keduanya langsung beraktivitas masing-masing. Hayriantira menonton televisi sambil merebahkan badannya di kasur, sedangkan AK duduk di kursi dekat tempat tidur.

Tak berselang lama, dari penuturan AK, Hayriantira mengajak untuk berhubungan intim. Namun, ajakan tersebut ditolak oleh AK. (Baca: Hasil Otopsi: Ada Kekerasan di Leher Hayriantira)

AK menolak karena takut tidak memuaskan Hayriantira. Sebab, saat itu kondisi tubuhnya tidak fit sehingga tidak dapat melakukan hubungan intim.

Mendengar alasan tersebut, menurut AK, Hayriantira langsung menyebut kata-kata soal kejantanan karena tidak bisa berhubungan badan dengannya.

Hayriantira terus menghina. Mendengar ucapan Hayriantira, AK pun naik pitam. Ia mengambil sebuah bantal dan langsung membekap Hayriantira yang saat itu sedang merebahkan dirinya di kasur.

Tak berselang lama, Hayriantira pun langsung terkulai lemas dan tak bernyawa. AK panik, ia mencoba membangunkan Hayriantira, tetapi tak membuahkan hasil.

AK mengambil minyak angin di mobil. Saat mencoba diberikan ke Hayriantira, korban tetap tak bergerak. AK semakin panik, ia mencoba mengecek seluruh tubuh Hayriantira, mulai dari denyut nadi di tangan hingga di leher, tetapi tak ada respons.

Saat itu AK tak tahu lagi harus berbuat apa. Ia kemudian terdiam hingga setengah jam. Setelah lama terdiam, akhirnya AK melepas pakaian Hayriantira.

Setelah itu, AK memasukkan semua pakaian dan barang-barang milik Hayriantira ke dalam tas, kecuali pakaian dalamnya. Alasannya, untuk menghilangkan jejak.

Kemudian Hayriantira dibawa ke dalam kolam air panas dengan tubuh tanpa busana. AK pun langsung bergegas meninggalkan Hayriantira di dalam kamar hotel. "Kurang lebih ada 30-an adegan," kata Kapolres Garut Ajun Komisaris Besar Arif Rachmad di Hotel Cipaganti, Garut, Jawa Barat.

Kompas TV Polisi Gelar Rekonstruksi Pembunuhan Sekretaris XL
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com