Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siasat Pengojek Basis Aplikasi Hindari Intimidasi di Jalan

Kompas.com - 27/08/2015, 16:13 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Bukan tanpa alasan, sebagian besar pengendara ojek berbasis aplikasi, seperti Go-Jek atau Grab Bike, mengenakan jaket terbalik. Beberapa dari mereka bahkan mengganti jaket hijaunya agar dapat menghindari konflik dengan pengojek pangkalan.

"Sebetulnya bukannya takut, tetapi kita cuma menghindari bentrok saja," kata salah satu pengendara Go-Jek, Sopiyan (43), Kamis (27/8/2015).

Pengojek yang biasa mangkal di kawasan Cikoko, Jakarta Selatan, tersebut mengaku kebanyakan pengojek di sekitar wilayah operasionalnya adalah orang yang ia kenal atau temannya.

Namun, saat harus keluar dari wilayah operasionalnya, dia kerap mendapat intimidasi dari pengojek pangkalan. (Baca: Aniaya Pengemudi Go-Jek, Lima Pengojek Pangkalan Terancam 7 Tahun Bui)

Karena itu, lelaki yang bekerja sebagai sekuriti rumah mewah itu pun mengakalinya dengan menanggalkan salah satu atribut operasionalnya.

"Biasanya sih jaket dibalik atau dilepas. Pakai helm biasa saja, bukan hijau yang ada logo. Tetapi, buat penumpang tetap kita siapkan helm hijau," kata ayah tiga anak tersebut.

Beberapa intimidasi yang kerap diterima para pengojek berbasis aplikasi tersebut pun beragam, mulai dari ancaman verbal hingga berbentuk kekerasan fisik.

Helmi Can (45), salah satu rider asal Depok, mengaku sering mendapat intimidasi verbal. "Biasanya di daerah (Jakarta) Pusat, seperti di dekat Stasiun Gambir atau beberapa pangkalan yang ramai. Paling diusir, enggak boleh lama-lama berhenti, padahal cuma mengedrop (menurunkan) penumpang doang," tuturnya.

Salah satu rider Go-Jek perempuan, Sulasih (37), mengaku khawatir jika hal tersebut terus terjadi tanpa solusi.

Ibu beranak dua itu mengaku pasrah jika harus mengalami intimidasi dari pengojek pangkalan. "Sejauh ini, belum ada pengalaman intimidasi. Kalau bisa janganlah," ujarnya.

Meski demikian, wanita yang berdomisili di Rawa Belong, Jakarta Barat, itu punya cara khusus jika dia harus menghadapi pengojek pangkalan yang usil.

"Senyumi saja. Masa iya, mereka (pengojek pangkalan) tega sama perempuan," kata pengojek yang belum sebulan bergabung dengan Go-Jek tersebut.

Pengojek perempuan lainnya, Ekky Zakia Aziz (41), menilai, intimidasi yang dilakukan pengojek pangkalan tidak perlu dilakukan. Pemilik ijazah S-1 yang bergabung dengan Grab Bike tersebut tidak merasa takut akan mengalami tindak kekerasan dari pengojek pangkalan.

"Diproses hukum saja sekalian. Ngapain takut. Kan kita enggak ngeganggu mereka (pengojek pangkalan). Merekanya saja yang merasa terganggu," ucap ibu beranak empat asal Cipinang, Jakarta Timur, tersebut.

Korban tindak kriminal

Baru-baru ini, pengojek berbasis aplikasi menjadi korban tindak kriminal. Kejadian dialami dua pengendara Go-Jek di Bekasi, Jawa Barat.

Pertama adalah pencurian dengan kekerasan terhadap pengemudi Go-Jek, Nuryasin, di depan Kantor Wali Kota Bekasi.

Saat itu, ponsel kerja Nuryasin diambil oleh orang yang tidak dikenal. Leher Nuryasin sempat ditodong dengan senjata tajam. Akan tetapi, belum diketahui apakah pencuri merupakan pengojek pangkalan.

Sementara itu, peristiwa kedua dialami pengemudi Go-Jek, Asep Supriatna, kemarin. Asep yang sedang menunggu penumpang di depan SMAN 1 Bekasi dihampiri oleh lebih dari tiga pria. Tiba-tiba, Asep langsung dipukul oleh sekumpulan pengojek pangkalan itu.

Tak hanya itu, pelaku juga membanting helm dan merobek jok motor Asep dengan menggunakan benda tajam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com