Masih ada segelintir tukang ojek yang justru memasang tarif seikhlasnya. Tukang ojek yang memasang tarif seikhlasnya itu malah dibayar mahal berlipat-lipat oleh penumpangnya.
Adalah seorang karyawati di Jakarta bernama Dewi Rachmayani yang mem-posting cerita amat menyentuh tentang kebaikan tukang ojek tua renta di Stasiun Palmerah, Jakarta Pusat.
Lewat media sosial Facebook, ia menuturkan kisah harunya melihat sosok uzur itu masih berjuang keras mengais rezeki di belantara Ibu Kota yang amat sengit bersaing, sikut-menyikut mencari rupiah, termasuk kalangan ojek.
Tetapi, Dewi tersentuh ketika menggunakan jasa ojek "bapak tua" dengan tarif "suka-suka penumpang".
Berikut ini kisah Dewi Rachmayani bertemu dengan tukang ojek bernama Pak Soleh atau Sustiarno Soleh (65) yang menyentuh perhatian para pengguna Facebook itu, seperti dikutip dari laman Facebook Dewi Rachmayani.
Siang ini, batalin orderan grabbike dari stasiun Palmerah - kantor.
Pasalnya, di stasiun Palmerah ketemu kakek2 yg dgn sopan nyodorin helm ke org yg lalu lalang di trotoar.
Namanya Pak Soleh, 65 tahun. Dah 10 thn jadi tukang ojek, sebelumnya pedagang kaca di Pejompongan.
Setiap hari Pak Soleh bergerak dari rumahnya di Sawangan, Depok menuju stasiun Palmerah.
Buat Pak Soleh, gak gampang dapetin penumpang.
"Orang rata2 pada takut kalo yg nyetirin udah tua kaya saya, neng". Jadinya, rata-rata sehari Pak Soleh bawa pulang 60 ribu rupiah, hasil ngojek seharian. Ini dibawah pendapatan tukang ojek konvensional lainnya.
20 menit ngobrol ngalor ngidul sepanjang perjalanan. Menjelang Mega Kuningan, gw tanya berapa ongkosnya.
"Terserah. Seikhlas penumpang aja". Gw desak untuk sebut angka, jawaban Pak Soleh "Kalo 20 ribu kemahalan nggak Neng?"
Di dompet, ada 170 ribu.