Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pak Ahok Harusnya Tahu kalau Ini Masalah Perut"

Kompas.com - 21/12/2015, 11:08 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah sopir metromini di Terminal Tanjung Priok, Jakarta Utara, mengaku bersedia bergabung dengan PT Transjakarta seperti yang diungkapkan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Namun, para sopir mengkhawatirkan beberapa hal yang menyangkut persyaratan jika metromini jadi bergabung nanti.

"Ada yang bilang umur sopir maksimal 40 tahun. Ada juga yang bilang 50 tahun. Kalau dibatasi begitu, berarti saya enggak bisa jadi sopir, dong," kata Kentung (55), sopir metromini U 23 Tanjung Priok-Cilincing, kepada Kompas.com, Senin (21/12/2015) pagi.

Kentung juga merasa tidak percaya diri jika dibandingkan dengan sopir-sopir lain yang pendidikannya minimal S1 atau sudah pernah lulus kuliah. Sebab, dia hanya lulus SD.

Dia berharap, Basuki bisa mempertimbangkan jika ada persyaratan pendidikan minimal.

"Kebanyakan sopir metromini kan putus sekolah, makanya kami kerja begini. Saya maunya Pak Ahok (sapaan Basuki) bisa bijak. Kalau jadi gabung, kami juga masih bisa kerja," ujar Kentung.

Sopir lainnya, Muhammad Rifai (25), juga setuju jika kualitas metromini setara dengan bus transjakarta. Dia pun mendukung kebijakan Basuki dengan catatan sopir metromini dilatih dan dibekali pendidikan dasar lainnya sebagai seorang sopir.

"Saya cuma mau kerja. Pak Ahok harusnya tahu kalau ini masalah perut. Bus mau ditertibkan, enggak masalah. Tapi, kasih solusi buat kita (sopir metromini)," ujar Rifai.

Pantauan Kompas.com, tiga trayek metromini yang ada di Terminal Tanjung Priok masih beroperasi normal sampai saat ini.

Para sopir menyebutkan, mereka memilih tetap bekerja seperti biasa meskipun ada ajakan untuk demo dan protes ke Balai Kota DKI Jakarta.

Penumpang yang naik bus metromini mengaku menanggapi biasa saja tentang pemberitaan sopir metromini yang mengancam mogok, hari ini.

Salah satu penumpang, Alan Saputra (22), tidak mau memusingkan konflik antara metromini dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Biasanya sih saya naik metromini. Kalau enggak ada, paling naik Go-Jek saja. Enggak usah ambil pusing deh, masalahnya jangan dibikin rumit," ucap Alan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com