Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Kaleng Aspal sampai Kampung Arab...

Kompas.com - 18/01/2016, 21:22 WIB
KOMPAS.com - Warung Kaleng bisa jadi hanyalah sepetak kawasan yang dibelah Jalan Raya Puncak Kilometer 84 sekaligus membatasi Desa Tugu Utara dan Desa Tugu Selatan di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Namun, daerah itu menjadi saksi penting perubahan kawasan Puncak.

Kawasan itu terletak di samping Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi milik Mahkamah Konstitusi.

Warung Kaleng saat ini dikenal dengan sebutan kampung Arab karena keberadaan deretan bangunan usaha beraksara Arab nyaris tanpa tulisan Indonesia di sana.

Sepanjang 50 meter di kiri dan kanan Jalan Raya Puncak di daerah itu sesak oleh salon, toko wewangian, toko swalayan, tempat penukaran uang, biro wisata, toko peralatan, dan restoran timur tengah.

Di antara bangunan-bangunan bernuansa Timur Tengah itu terselip warung bubur ayam, rumah makan minang, dan kedai internet.

Jangan heran jika di Warung Kaleng berseliweran orang Timur Tengah. Mereka campuran dari pelancong, imigran, atau pengungsi.

Tak perlu mengernyitkan dahi mendengar warga lokal kini fasih berbahasa Arab. Bisa juga terdengar orang Timur Tengah yang terbata dan terdengar lucu saat berbahasa Indonesia atau Sunda.

Sebelum menjadi kampung Arab, deretan bangunan usaha di sana dikuasai warga keturunan Tionghoa, Arab, atau Sunda.

Mereka memanfaatkan tanah partikelir untuk berusaha. Lahan di belakang deretan bangunan usaha saat itu belum padat oleh pembangunan vila dan permukiman.

Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Puncak Teguh Maulana mengingat, julukan "Warung Kaleng" sudah ada sejak zaman kolonial.

Julukan itu konon karena toko-toko dan kedai di kawasan itu dulu beratap seng yang mirip bahan kaleng.

Sekitar 1970, Jalan Raya Puncak warisan kolonial itu mulai diaspal. Aspal digodok di dalam drum-drum kaleng. Kata Teguh, ada saudagar Arab yang memanfaatkan drum-drum bekas itu untuk dinding bangunan usaha. Julukan Warung Kaleng pun kian lekat di kawasan itu.

Teguh mengingat, waktu itu warung milik orang Tionghoa menjual bahan pangan dan perkakas rumah tangga. Warung yang dimiliki warga keturunan Arab menjual permadani, lampu pelita, dan berbagai perkakas. Warung orang Sunda menjual makanan dan minuman.

Di belakang Warung Kaleng dulu masih terhampar ladang, kebun, bahkan hutan. Rumah, apalagi vila, belum padat. Di Cisarua di kaki Gunung Gede-Pangrango, yang dulu masih asri dan sejuk, Teguh dan teman sekampungnya bermain dan menghabiskan masa kecil.

Dominasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com