Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayah Mirna Nilai Pelaku di Balik Kematian Putrinya Pantas Dihukum Mati

Kompas.com - 28/01/2016, 18:48 WIB
Dian Ardiahanni

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dermawan Salihin, ayah Wayan Mirna Salihin mengaku puas akan kinerja kepolisia dalam mengungkap kasus kematian Mirna.

"Saya rasa polisi bekerja sangat profesional ya," ujar Dermawan usai diperiksa ulang di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (28/1/2016).

Menurut dia, hukum yang diberlakukan di Indonesia sudah berjalan dengan baik. (Baca: Misteri Sianida di Kopi Mirna yang Belum Terpecahkan)

Ia pun menilai pelaku yang menyebabkan kematian putrinya pantas dihukum mati.

"Pantas lah buat pelakunya," ucap Dermawan ketika ditanya hukuman yang pantas untuk pelaku jika terbukti membunuh putrinya.

Ia pun berharap agar kasus Mirna bisa dapat diusut hingga tuntas. "Saya minta agar kasus ini benar-benar dibongkar. Saya hanya berdoa, pasti ada jalannya," tutur Dermawan.

(Baca juga: Saksi Ahli Nilai Bukti yang Dimiliki Polisi Cukup Signifikan Ungkap Kematian Mirna )

Dengan kemeja dan kaca mata hitam, Dermawan hadir di Polda Metro Jaya pukul 09.10 WIB untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi kasus Mirna.

Selama hampir tujuh jam, ia diperiksa oleh pihak kepolisian. "Saya dipanggil ulang untuk memberi keterangan-keterangan yang saya tahu, saya lihat dan saya dengar untuk melengkapi BAP polisi," ujar Dermawan.

Menurut dia, polisi memeriksa intensif sejumlah saksi terkait kasus kematian putrinya itu. (Baca: Ayah Mirna: Intinya Anak Saya Mati dan yang Beli Kopi Dia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com