JAKARTA, KOMPAS.com — Juang (40) tampak sedikit tertawa saat ditanya perihal tempat mandi cuci kakus (MCK) di perahu yang kini menjadi tempat tinggalnya. Manusia perahu, eks warga Pasar Ikan, ini mengungkapkan, ia bersama warga lainnya kesulitan untuk melakukan tiga hal tersebut.
Untuk mandi, kata Juang, warga harus mendatangi WC umum di Luar Batang. Tempat tersebut juga tak gratis.
"Kalau untuk mandi sekitar Rp 4.000," kata Juang saat berbincang dengan Kompas.com di Pasar Ikan, Jakarta, Senin (18/4/2016).
Sementara itu, untuk buang air, Juang mengaku juga harus menuju WC umum. Harga yang dipatok pun sama. Namun, ia menjelaskan, tak jarang juga buang air di sekitar tempat tinggalnya di perahu.
"Ya kalau enggak ada yang lihat di sini saja," kata Juang. (Baca: Warga Pasar Ikan yang Bertahan di Perahu, Mengais Rezeki dari Puing Penggusuran)
Senada dengan Juang, Jufri, manusia perahu eks warga Pasar Ikan, juga mengatakan hal serupa. Dia kesulitan untuk sekadar mandi dan buang air. Ia pun juga jarang pergi ke WC umum dan memilih untuk buang air di dekat perahu.
"Nanti kita tinggal beli air saja, empat jeriken harganya Rp 4.000," kata Jufri.
Alasannya jarang ke WC umum lantaran cukup mahal sehingga dia lebih memilih cara praktis untuk buang air di dekat perahu dan mandi seadanya. (Baca: Mengharukan, Melihat Anak-anak di Pasar Ikan Bermain di Lahan Penggusuran)
Pantauan Kompas.com, masih banyak manusia perahu yang bertahan di Pasar Ikan. Tak banyak aktivitas yang mereka lakukan selain bercengkerama dan tidur di atas perahu.
Mereka enggan untuk pergi lantaran tak tahu harus ke mana. Selain itu, alasan utamanya karena mata pencaharian mereka berada di laut.